Hujan sudah mulai turun di wilayah kota pelabuhan timur laut China, Tianjin yang baru saja terkena musibah ledakan, sementara para petugas berupaya secepat mungkin untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari bahan kimia berbahaya dan bahan peledak dari lokasi tersebut.
Belum jelas apakah hujan Selasa (18/8) itu menyebarkan campuran beracun dari bahan kimia dan bahan berbahaya dari ledakan minggu lalu atau menciptakan gas berbahaya sebagaimana yang dikhawatirkan. Para pejabat telah meyakinkan publik bahwa mereka telah melakukan langkah-langkah yang diperlukan apabila ada penyebaran bahan-bahan kimia.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 3.000 ton bahan berbahaya, termasuk sodium sianida dan kalium nitrat, disimpan di lokasi yang terkena ledakan besar pekan lalu. Tes yang dilakukan oleh otoritas lingkungan di sekitar lokasi ledakan, telah mendeteksi tingkat natrium sianida lebih tinggi dari tingkat normal di delapan stasiun, sekitar 27 kali lebih besar dari standar nasional.
Tak satu pun dari ukuran di atas normal tersebut yang berada di daerah pemukiman atau di luar zona tiga kilometer di sekitar lokasi ledakan, kata para pejabat.
Pada briefing Selasa (18/8), pejabat lingkungan Tianjin Bao Jingling memperkirakan bahwa di kawah lokasi ledakan saja ada puluhan ribu ton air yang tercemar. Para pejabat telah membangun sebuah bendungan di sekitar kawah untuk mencegah kebocoran, kata mereka.
Mengidentifikasi korban
Sementara para petugas masih terus mengidentifikasi korban tewas dalam ledakan itu, jumlah korban tewas mencapai 114 orang pada Selasa (18/8), dengan 70 orang masih belum ditemukan, kebanyakan dari mereka petugas pemadam kebakaran. Lebih dari 700 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Banyak pertanyaan yang muncul tentang bagaimana perusahaan yang menjadi sorotan dalam bencana ini, Ruihai International, dapat beroperasi begitu dekat dengan wilayah pemukiman. Menurut peraturan yang berlaku di China, bahan berbahaya tidak diperbolehkan disimpan dalam jarak satu kilometer dari rute transportasi utama atau wilayah permukiman. Gudang perusahaan itu telah melanggar peraturan tersebut.
Pada hari Selasa, kantor berita resmi Xinhua juga melaporkan bahwa Ruihai Internasional bahkan tidak memiliki izin yang diperlukan untuk menangani bahan kimia berbahaya sampai dua bulan sebelum ledakan.
Korupsi secara luas diduga telah berperan dalam bencana tersebut dan 10 pejabat dari perusahaan itu telah ditahan polisi sejak hari Kamis lalu. Empat pejabat perusahaan yang berada di dalam tahanan, berada di bawah pengawasan ketat pihak kepolisian di sebuah rumah sakit yang dirahasiakan.
Menurut majalah bahasa Cina, Caijing, Dong Mengmeng, anak seorang mantan kepala polisi kota Tianjin termasuk di antara mereka yang berada dalam tahanan polisi.
Penyelidikan Korupsi
Badan pengawas anti-korupsi Partai Komunis China dalam pernyataan hari Selasa mengatakan bahwa seorang pejabat pemerintah yang memimpin badan keselamatan kerja sedang diselidiki atas tindak pidana korupsi. Pernyataan singkat pada situs pengawasan tersebut tidak menyebutkan apakah hal itu terkait ledakan di Tianjin, tetapi badan keselamatan kerja tersebut merupakan salah satu kantor negara penting yang bertanggung jawab untuk mengatur perusahaan yang menangani bahan berbahaya.
Pernyataan itu hanya mengatakan bahwa kepala badan keselamatan kerja, Yang Dongliang, "saat ini sedang diselidiki" karena melanggar disiplin partai dan hukum.
Meskipun pejabat mengulangi bahwa operasi di pelabuhan Tianjin, pelabuhan terbesar ke-10 di dunia, kembali normal pada hari Selasa, namun laporan lain menyatakan bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Beberapa kantor bisnis yang terletak dalam radius tiga kilometer zona eksklusif di sekitar lokasi ledakan tidak bisa dihubungi lewat telepon pada Selasa (18/8). Beberapa perusahaan telah melaporkan bahwa para karyawan menolak untuk masuk kerja. Kerugian akibat kedua ledakan di daerah pelabuhan di dekat lokasi bencana, tempat tinggal, gudang dan bisnis diperkirakan akan sangat besar.
Menurut kantor berita Reuters, lembaga pemeringkat kredit Fitch mengatakan bahwa kerugian akibat ledakan bisa melebihi perkiraan awal yang akan membebani perusahaan-perusahaan asuransi lokal. Media China memperkirakan bahwa kerusakan akibat bencana ini bisa bernilai lebih dari $ 1 miliar (atau lebih dari Rp 14 Triliun).