Tautan-tautan Akses

Ilmuwan Gunakan Energi Nuklir Guna Sterilkan Nyamuk Pembawa Penyakit


Teknisi Marianela Garcia Alba, 39, mengamati nyamuk Aedes aegypti di bawah mikroskop di CNEA (Komisi Energi Atom Nasional), di Ezeiza, di pinggiran Buenos Aires, Argentina 12 April 2023.
Teknisi Marianela Garcia Alba, 39, mengamati nyamuk Aedes aegypti di bawah mikroskop di CNEA (Komisi Energi Atom Nasional), di Ezeiza, di pinggiran Buenos Aires, Argentina 12 April 2023.

Para ilmuwan Argentina menggunakan energi nuklir untuk mensterilkan nyamuk pembawa penyakit. Jumlah kasus demam berdarah di negara ini mencapai rekor, dan teknik yang telah diujicobakan sejak tahun 2016 ini diharapkan dapat menekan gelombang infeksi.

Nyamuk yang biasa menyebarkan demam berdarah – dan penyakit terkait lainnya, termasuk Zika dan chikungunya menjadi tantangan.

Para ilmuwan di Komisi Energi Atom Nasional Argentina (National Atomic Energy Commission/CNEA) telah menguji teknik inovatif yang melibatkan pembiakan dan sterilisasi nyamuk Aedes aegypti secara massal, sebelum melepaskannya kembali ke alam liar untuk kawin.

Seiring berjalannya waktu dan pelepasan berturut-turut, populasi nyamuk di alam bebas diperkirakan akan menurun.

Kepala Departemen Aplikasi Pertanian CNEA, Mariana Malter Terrada, mengatakan teknik ini seperti alat kontrasepsi bagi serangga, “Teknik ini bertujuan untuk mengendalikan serangga melalui dirinya sendiri dengan melepaskan serangga jantan mandul ke lingkungan di mana populasi serangga pembawa penyakit perlu dikurangi. Serangga jantan mandul bersaing dengan jantan liar untuk kawin dengan betina liar, dan hasil perkawinan ini tidak akan dapat menghasilkan keturunan.

Dengan cara ini, dengan setiap pelepasan, populasi di wilayah sasaran menurun.”

Teknik yang digunakan – disebut Teknik Serangga Steril – adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh ahli entomologi Amerika Edward F. Knipling.

Teknik ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan populasi hama lalat cacing sekrup pada ternak pada tahun 1950an di AS. Sejak itu, teknik ini telah digunakan untuk membendung, mencegah, dan bahkan memberantas populasi serangga hama dan vektor penyakit secara lokal.

Para petugas pengasapan menyemprot area Taman Chacabuco dalam upaya pengendalian nyamuk Aedes di Buenos Aires, Argentina (foto: dok).
Para petugas pengasapan menyemprot area Taman Chacabuco dalam upaya pengendalian nyamuk Aedes di Buenos Aires, Argentina (foto: dok).

Para ahli mengatakan virus ini bekerja secara spesifik terhadap vektor penyakit dan tidak berdampak buruk pada ekosistem yang lebih luas. Terrada mengatakan proyek nyamuk Aedes aegypti dimulai di tengah wabah Zika pada tahun 2016.

Zika menimbulkan kekhawatiran karena diketahui bahwa wanita hamil yang tertular penyakit ini dapat menularkannya pada bayi yang kemudian lahir cacat.

Proyek yang dipimpin oleh ilmuwan Argentina ini bertujuan untuk mengurangi jumlah infeksi Demam Berdarah Dengue, Zika, dan Chikungunya di antara anggota masyarakat.

Proyek ini dilaksanakan ketika demam berdarah menyebar ke seluruh Argentina dalam jumlah yang sangat besar.

Kementerian Kesehatan negara itu mencatat lebih dari 130.000 kasus terkonfirmasi pada tahun 2023 dengan 68 kematian.

Para ahli mengatakan salah satu manfaat dari teknik ini adalah tidak adanya racun dan menghindari cara tradisional dengan penyemprotan pestisida. Pendekatan ini menghilangkan paparan racun pada manusia atau hewan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya.

Para ilmuwan telah membuat kemajuan besar dalam beberapa dekade terakhir dalam mengurangi ancaman penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, termasuk malaria. Namun demam berdarah merupakan pengecualian: tingkat penularannya terus meningkat.

Ahli biologi dan peneliti independen Andrea Noemi Avalos mengatakan teknik ini tampak menjanjikan, “Saya melihat Teknik Serangga Steril di Argentina ini maju dan menjanjikan. Teknik ini mempunyai tingkat keberhasilan yang luar biasa dalam mengendalikan lalat buah. Jadi, menurut saya teknik ini memiliki potensi besar untuk mengendalikan vektor Demam Berdarah, Aedes aegypti, dan saya yakin kita memiliki semua teknik yang diperlukan untuk melaksanakannya.”

Para pejabat kesehatan di Argentina kini bersiap menghadapi gelombang besar demam berdarah berikutnya, yang diperkirakan terjadi antara Januari dan April 2024. [lt/my]

Forum

XS
SM
MD
LG