Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (10/7) kembali membela pendekatan pemerintahannya dalam pengendalian penyebaran COVID-19 saat kasus infeksi baru meningkat secara tajam.
Dalam “sesi tanya jawab" mingguan perdana menteri di hadapan para anggota parlemen, Pemimpin Partai Buruh yang beroposisi Keir Starmer mencatat bahwa 19 dari 20 daerah di Inggris yang telah menerapkan aturan pembatasan COVID-19 pemerintah, kini menyaksikan peningkatan infeksi baru.
Johnson berpegang pada peraturan “rule of six” yang melarang pertemuan enam orang atau lebih, di dalam atau di luar, mengenakan masker dan mencuci tangan, dan ditegaskannya kebijakan seperti itu akan membantu pengendalian penyebaran virus corona.
Starmer juga mempertanyakan kejadian dimana hampir 16.000 kasus COVID lolos dari sistem pengetesan pemerintahan Johnson, sebagian besar kasusnya ditemukan di barat laut Inggris - salah satu wilayah yang telah memberlakukan aturan pembatasan. Ia mencatat itu berarti sejumlah penelusuran kontak atas infeksi virus corona tidak terpenuhi.
Johnson, yang menyalahkan kasus COVID-19 yang terlewat itu akibat kesalahan komputer, berupaya meyakinkan pemimpin oposisi dan House of Commons bahwa keseluruhan 16.000 kasus itu telah dihubungi dan penderitanya "diharuskan menjalankan isolasi mandiri." Ia menambahkan pemerintah terus berupaya mencari orang-orang yang berhubungan dengan para penderita ini.
Perdana Menteri Inggris itu juga memberikan jaminan kepada anggota parlemen, bahwa setelah mengkaji ulang data yang hilang itu, angkanya tidak berubah baik dari segi epidemiologinya maupun penyebaran penyakitnya." [mg/jm]