Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, Kamis (21/9) mengumumkan pasukannya telah memulai ofensif untuk merebut kembali kota Hawija, salah satu daerah terakhir di Irak yang dikuasai militan ISIS. Hawija terletak 240 kilometer sebelah utara ibukota Irak, Baghdad, di sebelah barat kota penghasil minyak, Kirkuk.
Militan ISIS menguasai Hawija sejak pertengahan 2014, sewaktu kelompok tersebut merebut sejumlah wilayah yang luas di bagian utara dan barat Irak.
PBB menyatakan lebih dari 100 ribu warga sipil telah meninggalkan daerah itu dalam tiga tahun terakhir, dan sekitar 85 ribu lainnya yang tertinggal kemungkinan akan sangat terimbas pertempuran dalam beberapa pekan mendatang.
Kantor kemanusiaan PBB menyatakan bekerja sama dengan pihak berwenang setempat dan berbagai organisasi bantuan agar mereka siap membantu para pengungsi yang semakin banyak jumlahnya.
Pasukan Irak awal pekan ini meluncurkan operasi terpisah untuk memburu anggota ISIS yang tersisa di beberapa bagian provinsi Anbar, Irak Barat. Mereka kebanyakan berlokasi di daerah perbatasan yang berseberangan dengan kawasan kekuasaan ISIS di Lembah Sungai Eufrat yang membentang melalui kawasan Deir el-Zour dan ibukota de facto ISIS di Raqqa. Kedua kota itu juga merupakan lokasi tempat berlangsungnya ofensif untuk menyingkirkan ISIS.
Kolonel Ryan Dillon, juru bicara koalisi pimpinan Amerika, menyatakan, ISIS kini menghadapi Pasukan Keamanan Irak yang kuat di dua daerah terakhir kekuasaan kelompok militan itu di Irak.
Menjelang ofensif di Hawija, Dillon mengatakan Angkatan Udara Irak menyebarkan selebaran yang mendesak para anggota ISIS agar menyerahkan diri.
Selama lebih dari sepekan, pesawat-pesawat tempur koalisi melancarkan serangan udara di kawasan Hawija dengan menarget terowongan-terowongan, kendaraan, persenjataan, posisi-posisi tempur serta sebuah fasilitas pembuat bom ISIS. [uh/lt]