Pasukan darat Israel di Jalur Gaza pada Rabu (8/11) berupaya untuk menemukan dan melumpuhkan jaringan terowongan besar militan Hamas di bawah wilayah kantong tersebut. Langkah tersebut merupakan tahap setelah serangkaian serangan Israel yang menewaskan ribuan warga Palestina.
Sejak kelompok bersenjata Hamas menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 orang dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober, Israel terus membombardir Gaza dari udara dan menggunakan pasukan darat untuk membagi wilayah pesisir itu menjadi dua.
Kota Gaza, benteng utama Hamas di wilayah tersebut, dikepung. Israel mengatakan pasukannya berhasil merangsek ke jantung kota yang padat penduduknya, sementara Hamas mengatakan para anggotanya berhasil menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel mempunyai “satu target – teroris Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi.”
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas yang membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan, kata sumber-sumber di Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang terpisah.
Tidak mungkin untuk memverifikasi klaim medan perang dari kedua belah pihak.
Rakyat Israel menyuarakan ketakutannya bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera, yang diyakini ditahan di terowongan. Israel mengatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Hamas mengatakan mereka tidak akan berhenti berperang saat Gaza diserang.
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata pejabat senior Hamas Ghazi Hamad kepada televisi Al Jazeera.
“Gaza tidak bisa dihancurkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan orang Amerika dan Zionis,” kata Hamad.
Sejak 7 Oktober, gempuran bom Israel menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, menurut penghitungan pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Washington mendukung posisi Israel bahwa gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer. Namun Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada Selasa (7/11) bahwa ia mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menghentikan sementara pertempuran.
Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjangnya jika mereka berhasil mengalahkan Hamas. Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza "untuk jangka waktu yang tidak terbatas" setelah perang.
Namun para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong tersebut. Gallant, Menteri Pertahanan Israel, mengatakan bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.
Tanpa Pasokan Makanan, Air
Sayap bersenjata Hamas mengatakan pada Selasa (7/11) malam bahwa mereka menembakkan serangkaian rudal ke Tel Aviv, dan sirene roket terdengar di kota Israel dan kota-kota lain di Israel tengah.Warga Israel di Tel Aviv memperingati satu bulan serangan Hamas dengan menyalakan lilin di sekitar foto para sandera di Habima Square. Ada yang menangis, ada pula yang bernyanyi atau berdoa.
Hampir dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi internal, menurut angka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan ribuan orang mencari perlindungan di rumah sakit termasuk di tempat penampungan sementara di tempat parkir mobil mereka.
Di Rumah Sakit Al Shifa Kota Gaza, Um Haitham Hejela, seorang perempuan yang berlindung bersama anak-anak kecil di tenda darurat yang terbuat dari kain, mengatakan mereka meninggalkan rumah karena serangan udara.
“Situasinya semakin buruk dari hari ke hari,” katanya. "Tidak ada makanan, tidak ada air. Ketika anak saya pergi mengambil air, dia mengantre selama tiga atau empat jam. Mereka menyerang toko roti, kami tidak punya roti."
Organisasi-organisasi internasional dan negara-negara Barat berupaya keras untuk memasukkan bantuan ke Jalur Gaza dan mengeluarkan warga asing.
Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) mengatakan konvoi kemanusiaan diserang di Kota Gaza pada Selasa (7/11).
Setelah melakukan perubahan rute, konvoi mengirimkan pasokan medis ke Rumah Sakit Al Shifa. Organisasi tersebut menyebut insiden itu “sangat meresahkan.” Dua truk rusak dan seorang pengemudi terluka ringan. Namun pihaknya tidak mengidentifikasi sumber penembakan. [ah/ft]
Forum