Berbicara lewat Radio Tentara Israel hari Minggu, Menteri Urusan Inteljen dan Strategi Israel Yuval Steinitz mengatakan, ini saatnya bagi Iran untuk menghadapi “ancaman militer, sebuah bentuk peringatan atau ultimatum tegas” dari seluruh dunia, khususnya Amerika dan negara-negara Barat.
Israel, Amerika, dan sekutu-sekutu mereka menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir dengan dalih program sipil, tuduhan yang dibantah Iran. Pejabat-pejabat Israel dan Amerika berulangkali memperingatkan bahwa mereka mengambil tindakan militer guna menghentikan program nuklir sebagai usaha terakhir jika sanksi-sanksi dan diplomasi gagal.
Tetapi Israel melihat Iran – sebagai negara yang memiliki senjata nuklir – merupakan ancaman bagi keberadaannya dan ingin agar negara-negara Barat mengambil sanksi yang lebih tegas terhadap Iran.
Steinitz menuduh Iran mengulur-ulur waktu dalam perundingan nuklir terakhirnya dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, ditambah Jerman, yang ingin agar Iran berhenti memproduksi uranium yang sangat diperkaya yang bisa digunakan untuk tujuan sipil dan militer.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton yang mewakili keenam negara tersebut hari Sabtu mengatakan setelah pertemuan mereka di Almaty, Kazakhstan, kedua pihak tetap “berjauhan.” Keenam negara itu tidak sepakat soal waktu penyelenggaraan perundingan putaran berikutnya.
Ketua tim negosisasi nuklir Iran Saeed Jalili berkeras bahwa keenam negara itu harus mengakui “hak” Iran untuk memperkaya uranium dan memperlunak sanksi-sanksi ekononi terhadap Iran sebelum negara itu mengurangi pengayaan uraniumnya.
Steinitz mengatakan warga Iran “terus bergembira” sambil membuat bom nuklir dan melakukan diplomasi.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam konferensi pers di Istanbul, Turki, mengingatkan Iran agar tidak mengulur-ulur waktu.
Israel, Amerika, dan sekutu-sekutu mereka menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir dengan dalih program sipil, tuduhan yang dibantah Iran. Pejabat-pejabat Israel dan Amerika berulangkali memperingatkan bahwa mereka mengambil tindakan militer guna menghentikan program nuklir sebagai usaha terakhir jika sanksi-sanksi dan diplomasi gagal.
Tetapi Israel melihat Iran – sebagai negara yang memiliki senjata nuklir – merupakan ancaman bagi keberadaannya dan ingin agar negara-negara Barat mengambil sanksi yang lebih tegas terhadap Iran.
Steinitz menuduh Iran mengulur-ulur waktu dalam perundingan nuklir terakhirnya dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, ditambah Jerman, yang ingin agar Iran berhenti memproduksi uranium yang sangat diperkaya yang bisa digunakan untuk tujuan sipil dan militer.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton yang mewakili keenam negara tersebut hari Sabtu mengatakan setelah pertemuan mereka di Almaty, Kazakhstan, kedua pihak tetap “berjauhan.” Keenam negara itu tidak sepakat soal waktu penyelenggaraan perundingan putaran berikutnya.
Ketua tim negosisasi nuklir Iran Saeed Jalili berkeras bahwa keenam negara itu harus mengakui “hak” Iran untuk memperkaya uranium dan memperlunak sanksi-sanksi ekononi terhadap Iran sebelum negara itu mengurangi pengayaan uraniumnya.
Steinitz mengatakan warga Iran “terus bergembira” sambil membuat bom nuklir dan melakukan diplomasi.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam konferensi pers di Istanbul, Turki, mengingatkan Iran agar tidak mengulur-ulur waktu.