Israel meneruskan serangan udara Rabu (16/7) di Gaza, sehari setelah menerima usulan gencatan senjata dan menghentikan serangannya namun melanjutkannya kembali ketika kelompok militan Hamas menolak gagasan gencatan senjata itu.
Serangan udara Rabu pagi menewaskan sedikitnya tiga orang di wilayah Palestina itu. Kira-kira 200 orang telah tewas di Gaza sejak militer Israel memulai operasi untuk menghentikan serangan roket Hamas pekan lalu. Seorang warga Israel telah tewas.
Sebelum serangan itu, militer Israel memperingatkan penduduk di Gaza utara bahwa “berada dekat Hamas tidak aman,” dan mengatakan pesan itu adalah “usaha untuk memperkecil korban sipil.”
Seorang juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan ia akan berangkat ke Mesir Rabu untuk bertemu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi untuk membicarakan cara menyukseskan gencatan senjata yang diusulkan Mesir yang gagal mulai berlaku Selasa.
Gerakan Fatah yang dipimpin oleh Abbas bergabung dengan Hamas dalam pemerintah persatuan Palestina bulan lalu, yang menyatukan kedua pemerintah yang berkuasa secara terpisah di Gaza dan Tepi Barat.
Militer Israel menghentikan penembakan selama enam jam setelah menyetujui gagasan gencatan senjata tadi, tetapi melanjutkannya setelah militan Gaza menembakkan kira-kira 50 roket ke Israel. Militer mengatakan 155 roket 155 ditembakkan dari Gaza Selasa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Selasa ia tadinya lebih suka menyelesaikan sengketa itu melalui saluran diplomatik, tetapi tindakan Hamas tidak memberi pilihan kecuali memperluas dan meningkatkan serangan terhadapnya.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengutarakan keprihatinan mengenai korban yang tewas dan luka-luka, dan mengatakan Amerika yakin “terlalu banyak warga sipil yang tidak bersalah” telah tewas karena kekerasan di daerah itu. Ia menekankan bahwa tembakan roket dari Hamas dan kelompok-kelompok lain “perlu dihentikan.”