Kesiapan menghadapai persaingan perdagangan dengan negara lain di kawasan ASEAN dalam berbagai macam produk, menjadikan Jawa Timur harus mampu menyediakan produk yang unggul dibandingkan negara lain, salah satunya produk hasil pertanian dari negara Thailand.
Negara Thailand dipandang Jawa Timur sebagai salah satu negara yang produknya perlu diperhitungkan, dalam bersaing menghadapi era perdagangan bebas Asia Tenggara atau Asean Economic Community. Dengan jumlah penduduk sekitar 67 juta jiwa dimana sekitar 50 persen dari keseluruhan penduduk adalah pelaku usaha, Thailand dianggap sangat serius menghadapi persaingan ini.
Menurut Pejabat Profesional Senior Kementerian Perdagangan dan Negosiasi Thailand,Tipasuk Jaratjassada, selain memberikan pelatihan serta memfasilitasi pelaku usaha di Thailand dengan berbagai kemudahan, pemerintah memberikan ruang yang luas bagi pengusaha untuk memamerkan produknya sebagai sarana promosi. Tidak hanya pengusaha lokal, pengusaha dari luar Thailand juga diberi kesempatan, sebagai memacu semangat pengusaha lokal untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
“Saya pikir mungkin Anda senang dengan pemerintahan Anda dan senang juga dengan pemerintah kami, untuk membawa dan mengangkat produk-produk ke dalam pameran agar bisa bersaing. Contohnya, bulan ini Indonesia dan produk yang dihasilkan silahkan datang untuk melihat dan membawa pengusaha beserta produknya, bersama kami sebagai partnernya disini. Mungkin anda akan datang menghadiri pameran produk kami di Thailand, saya pikir itu lebih baik,” kata Tipasuk Jaratjassada, pejabat profesional senior Kementerian Perdagangan dan Negosiasi Thailand.
Kesiapan Thailand juga ditunjukkan dari penyediaan produk perdagangan unggulan, di setiap daerah atau Kabupaten/Kota di Thailand. Menurut warga Thailand, Prakaiphan Thamchai, fokus penyiapan produk unggulan di setiap daerah, memungkinkan masyarakat menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Tingginya jumlah produk yang dihasilkan dibandingkan dengan kebutuhan domestik, menjadikan Thailand banyak memasarkan produknya hingga ke luar negeri.
“Setiap Kabupaten di Thailand, kita ada provinsinya ada 77 Provinsi, dan kabupatennya ada 878 Kabupaten, ini ada acara (program) dari Raja dan Pemerintah, itu ada satu produk satu Kabupaten, kalau disini kita sebutnya O-Top. Apa saja produk dari Kabupaten, seperti ada makanan, sekarang makanan khas Thailand ini yang terkenal, makanan kering, daging kering, durian, produk-produk pertanian. Dan itu dapat uang (insentif) dari SMI (dinas usaha kecil menengah) juga,” kata Prakaiphan Thamchai, seorang warga Thailand
Gencarnya serbuan produk import terutama produk pertanian asal luar negeri, menjadikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan berbagai strategi untuk melindungi produk lokal serta pasar domestik. Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, ketersediaan produk industri dalam negeri pertama-tama harus mampu mencukupi kebutuhan masyarakat lokal. Selain itu koneksi antara produsen maupun petani dengan industri besar penunjang, diharapkan dapat memperkuat perekonomian Jawa Timur menghadapi persaingan dengan negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Thailand.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengatakan, “Bagaimana membangun struktur industri yang pasarnya menguasai di dalam negeri, jangan sampai kemudian justru industri yang dibuat pasar untuk eksport semua, begitu ada gangguan negara lain itu kita goncang. Kalau produk industri kita itu hanya konsumsi ekspor, begitu pasarnya terganggu, rupiah kita hancur. Bagaimana mempertahankan rupiah bagus, itu market kita dalam negeri harus kuat. Selain industri mamin (makan dan minuman) menjadi fokus, juga nilai tambahnya harus dipindah, dari pabrik besar di sekitar petani.”
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Wibowo Ekoputro menegaskan, perlindungan terhadap produk perdagangan dan pertanian lokal atau dalam negeri harus dimulai dengan menyiapkan kelompok-kelompok petani dan pelaku usaha kecil, agar mampu mencukupi kebutuhan sendiri dengan produk unggulan yang dihasilkan.
Wibowo Ekoputro, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur mengatakan, “Yang penting adalah juga bagaimana kesiapan gapoktan (gabungan kelompok tani) termasuk dinas-dinas ini mengawal produknya petani itu bisa menjadi konsumsi dalam negeri. Ketika itu mencukupi produk di dalam negeri, pasti produk import akan berkurang dengan sendirinya.”