Tautan-tautan Akses

Jokowi: Islam Radikal Bukan Islam Indonesia


Presiden Joko Widodo berdialog dengan ulama-ulama berpengaruh di Indonesia, di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 13/7 (Courtesy: Setpres RI).
Presiden Joko Widodo berdialog dengan ulama-ulama berpengaruh di Indonesia, di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 13/7 (Courtesy: Setpres RI).

Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan sejumlah ulama berpengaruh di Jakarta secara khusus menyorot keberadaan Islam radikal. “Islam radikal bukan Islam Indonesia,” demikian tegas Jokowi.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, keberadaan Indonesia senantiasa diperhitungkan. Kemampuan Indonesia mengelola kerukunan dan keberagaman sambil melanjutkan program-program pembangunan ini disampaikan beberapa pemimpin dunia dalam KTT G20 di Hamburg, Jerman, yang baru berakhir pekan lalu. Termasuk Presiden Amerika Donald Trump ketika melangsungkan pertemuan singkat dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela pelaksanaan KTT itu.

“I heart that you’re doing extremely well, and I’m sure it’s because of your leadership. We become friends and we’re doing a lot of deals, including trade deals. We’re relatively just doing a little bit now, but we’re going to do a lot of great things together,” ujar Trump memuji kepemimpinan Jokowi.

Dalam pertemuan dengan sejumlah ulama berpengaruh di Jakarta Kamis malam (13/7), Presiden Joko Widodo menyampaikan peran besar yang dimainkan ulama dalam mewujudkan kerukunan, persatuan dan keragaman di tanah air.

“Saya yakin kerukunan, persatuan dan keragaman di negara kita, serta kekaguman dunia pada kita, karena kemampuan umat Islam di Indonesia dalam menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin. Ulama kita berperan besar menyampaikan apa yang berkaitan dengan rahmatan lil alamin pada umat dan santri-santrinya. Tuntunan yang diberikan para ulama itu yang menjadikan kita sampai sekarang ini alhamdulillah rukun, bersatu dalam keragaman yang betul-betul sangat beragam,” harap Jokowi.

Namun, Presiden Joko Widodo langsung menambahkan bahwa tuntunan yang diberikan para ulama ini sedianya senantiasa berupaya untuk mewujudkan Islam yang wasathiyah atau Islam yang moderat.

“Tuntunan itu sedianya untuk mewujudkan Islam yang wasathiyah, yang moderat, yang santun, bukan Islam yang keras, bukan Islam yang radikal. Islam radikal bukan Islam-nya Majelis Ulama Indonesia, Islam yang radikal bukan Islam-nya bangsa Indonesia,” tambahnya.

Dalam acara yang dihadiri oleh puluhan ulama berpengaruh dari berbagai daerah, antara lain KH Maimun Zubair dan Tuan Guru Turmudzi, bersama Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Ketua PBNU KH Said Agil Siradj, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Badan Intelijen Negara BIN Budi Gunawan dan Mensesneg Pratikno itu; Presiden Joko Widodo mendorong para ulama untuk mewujudkan silaturahmi dan meningkatkan kerukunan tidak saja diantara umat Islam sendiri, tetapi juga dengan umat agama lain berlandaskan semangat persaudaraan.

Dengan tanpa menyebut nama individu atau kelompok, juga fenomena yang melatarbelakanginya, Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa Pancasila dan Islam bukan untuk dipertentangkan. Ia juga menyitir adanya pihak yang ingin mengganti dasar negara Indonesia.

“Pancasila dan Islam bukan untuk dipertentangkan. Bukan untuk dipisahkan. Pancasila itu dasar negara. Islam itu aqidah yang harus dipedomani. Sila pertama Pancasila adakah Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila menghormati dan mengakui nilai-nilai ketuhanan yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan. Pancasila berdampingan dengan Islam dan agama-agama lain yang dianut bangsa dan rakyat Indonesia.Saya mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk kembali pada semangat ta’awun (tolong menolong, red), bekerjasama, saling tolong menolong dalam semua aspek kehidupan, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, berdaulat, bermartabat, berkepribadian, adil dan makmur. Kita harus pegang komitmen kebangsaan kita, tidak ada lagi yang boleh mempunyai agenda lain – agenda politik yang tersembunyi atau terang-terangan untuk meruntuhkan NKRI yang berbhineka tunggal ika. Tidak boleh lagi diantara kita ada yang memiliki agenda untuk mengganti sistem negara kita dengan sistem yang bertentangan dengan Pancasila,” tegas Jokowi.

Jokowi juga menyerukan pada para ulama untuk membantu pemerintahannya mewujudkan ekonomi keumatan, yang menurutnya akan memberi perubahan positif yang sangat signifikan tidak saja bagi umat Islam tetapi juga seluruh warga Indonesia. [em/al]

Recommended

XS
SM
MD
LG