Dua hari setelah dinyatakan sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi Joe Biden dalam pemilu presiden November nanti, Kamala Harris telah mendorong dukungan dan sumbangan pada tim kampanyenya. Antusiasme atas pencalonannya yang bersejarah telah menghasilkan sumbangan sebesar 48 juta dolar dalam 48 jam terakhir ini.
Kurang dari tiga bulan sebelum pemilihan presiden, Harris dengan cepat menjalankan peran barunya sebagai pendamping Biden. Tim Partai Demokrat dan sekutu-sekutu Harris yakin ia akan memberi energi pada kampanye yang relatif tenang dan seringkali lebih fokus pada gejolak di Gedung Putih.
Kini Harris telah mendorong semangat untuk mengalahkan Trump dan membuat Biden dapat lebih memusatkan perhatian pada kebijakannya sendiri dan mengurangi serangan langsung yang kerap dilakukannya.
“Kami selalu mencari sosok yang dapat membantu tim kampanye dan berbicara pada pemilih yang masih ragu, untuk mengatakan 'iya saya akan mendukung Joe Biden,” ujar Donna Brazile, mantan ketua Komite Nasional Partai Demokrat DNC, yang sebelumnya juga menjadi tim kampanye Al Gore tahun 2000. “Harris mengisi kesenjangan yang ada,” tambahnya pada Associated Press.
Harris selama kampanye pemilihan pendahuluan Partai Demokrat dikenal kerap mengenakan sepatu kets Converse dan berjoget bersama para staf dan pendukung, hal yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. Sekutu-sekutu Biden berharap ia dapat menyuarakan antusiasme diantara pendukung Partai Demokrat yang menentang Trump, tetapi belum bersemangat untuk mendukung kandidat yang mereka rasa tidak mewakili mereka.
“Kemampuan Harris berhubungan dengan orang-orang” merupakan bagian dari apa yang dilihat anggota DPR dari negara bagian California, Barbara Lee, yang juga menjadi salah seorang ketua tim kampanye Harris. Lee yakin Harris akan mampu menyampaikan pesan kampanye pada pemilih yang mungkin sebelumnya merasa tersisihkan. “Ia suka menari. Ia suka masak. Ia adalah orang yang melakukan hal-hal yang normal, yang suka dilakukan setiap orang. Mereka dapat melihat Harris sebagai wakil mereka,” ujarnya.
Meskipun demikian Harris, seorang perempuan kulit hitam pertama yang dipilih untuk mengikuti pertarungan di tingkat nasional, juga kerap menghadapi kecaman dari para pemilih muda dan kelompok progresif, terutama terkait rekam jejaknya ketika menjadi jaksa agung di California di mana ia tidak menunjukkan sikap tegas terhadap perilaku polisi yang tidak semestinya. Para pengecam mengatakan ketika itu ia menentang langkah-langkah reformasi hukum pidana yang penting, termasuk pemakaian kamera di tubuh polisi atau body-camera, dan tidak menangani sejumlah dugaan kekerasan polisi yang berada di bawah pengawasannya.
Tetapi ketika berada di Kongres, Harris mendukung reformasi aparat penegak hukum yang lebih tegas, khususnya dalam beberapa bulan terakhir ini ketika meluas aksi demonstrasi dan kerusuhan akibat tewasnya warga kulit hitam George Floyd dalam tahanan polisi. Harris telah menjadi suara utama Partai Demokrat dalam isu ini. [em/pp]