Tautan-tautan Akses

Kepala Hakim Agung dan Gubernur Bank Sentral Bangladesh Mundur di Tengah Gelombang Protes


Para pelajar memegang bendera nasional Bangladesh saat mereka berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Ketua Mahkamah Agung Obaidul Hassan, di depan Mahkamah Agung di Dhaka pada 10 Agustus 2024. (Foto: AFP)
Para pelajar memegang bendera nasional Bangladesh saat mereka berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Ketua Mahkamah Agung Obaidul Hassan, di depan Mahkamah Agung di Dhaka pada 10 Agustus 2024. (Foto: AFP)

Kepala hakim agung Bangladesh dan gubernur bank sentral memutuskan mengundurkan diri, menurut para pejabat pada Sabtu (10/8). Protes mahasiswa yang memaksa Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk melarikan diri kini telah meluas, menargetkan semakin banyak pejabat yang ditunjuk selama masa jabatannya.

Kepala Hakim Agung Obaidul Hassan mengundurkan diri, menurut penasihat kementerian hukum Asif Nazrul dalam sebuah posting video di Facebook. Nazrul menyebutkan bahwa mahasiswa telah memperingatkan Hassan tentang "konsekuensi yang mengerikan" jika dia tidak mundur. Reuters belum dapat menghubungi Hassan untuk konfirmasi.

Nazrul, seorang penasihat dalam pemerintahan sementara yang baru, mendesak para pengunjuk rasa untuk tetap damai. "Jangan merusak properti publik apa pun," katanya dalam posting tersebut.

Gubernur Bank Bangladesh, Abdur Rouf Talukder, juga telah mengundurkan diri, tetapi pengunduran dirinya belum diterima karena pentingnya posisi tersebut, kata penasihat kementerian keuangan, Salehuddin Ahmed, kepada wartawan. Reuters belum dapat menghubungi Talukder untuk konfirmasi.

Beberapa hari sebelumnya, empat deputi gubernur terpaksa mengundurkan diri setelah sekitar 300 hingga 400 pejabat bank melakukan protes terhadap apa yang mereka sebut sebagai korupsi di kalangan pejabat tinggi.

Wakil rektor Universitas Dhaka, A.S.M. Maksud Kamal, juga telah mengundurkan diri, kata universitas tersebut. Reuters tidak dapat menghubungi Kamal.

Universitas itu menjadi pusat dari protes mematikan yang meningkat pada bulan Juli, yang dimulai dengan isu kuota pekerjaan pemerintah dan kemudian berkembang menjadi kampanye untuk menggulingkan Hasina.

Hasina memutuskan berlindung di New Delhi sejak Senin setelah pemberontakan yang menewaskan sekitar 300 orang, banyak di antaranya adalah mahasiswa. Pemberontakan ini mengakhiri 15 tahun kekuasaannya yang tak terputus di negara Asia Selatan dengan 170 juta penduduk tersebut.

Sejak kepergian Hasina, negara tersebut menyaksikan pengangkatan kepala polisi baru sebagai bagian dari perombakan jajaran petinggi keamanan, yang juga mencakup penunjukan kepala baru badan pemantauan intelijen teknis serta perubahan di antara pejabat senior militer. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG