Tautan-tautan Akses

Khawatir Covid-19, Jumlah Peserta Kampanye Trump Lebih Sedikit


Presiden Donald Trump berpidato saat berkampanye di Tulsa, Oklahoma hari Sabtu (20/6) malam.
Presiden Donald Trump berpidato saat berkampanye di Tulsa, Oklahoma hari Sabtu (20/6) malam.

Presiden Donald Trump menggelar kampanyenya yang pertama sejak pandemi virus corona, di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6) malam. Acara itu dirancang untuk pamer kekuatan politik guna memompa semangat pendukungnya menjelang pemilihan presiden November, tetapi dibayangi oleh kekhawatiran akan virus corona dan jumlah peserta yang lebih rendah dari perkiraan.

Dengan menyatakan "mayoritas yang diam lebih kuat dari sebelumnya", Trump menyebut pendukungnya "para pejuang."

Ia kemudian membahas tema kampanye yang mencakup penunjukan hakim agung yang konservatif, pajak yang rendah, indeks saham yang menguat, tembok perbatasan dengan Meksiko di selatan, dan peningkatan anggaran militer. Pidato 1 jam 40 menit itu sarat serangan terhadap saingannya, calon presiden Partai Demokrat Joe Biden, “kiri radikal” dan "media pembohong."

Walaupun tercatat lebih 2,2 juta penderita virus corona dan 119.000 kematian, Trump membela pemerintahnya dalam menangani pandemi, dan menyalahkan pengetesan COVID-19 yang luas, yang menunjukkan jumlah kasus yang tinggi.

"Kalau kita melakukan pengetesan besar-besaran, kita akan menemukan lebih banyak penderita, kita akan mendapati lebih banyak kasus. Jadi, saya katakan, tolong perlambat pengetesan ini."

Trump sering menyebut corona sebagai "virus China." Dalam kampanye itu, untuk pertama kali ia menyebutnya secara terbuka sebagai "Kung-flu" dan menyalahkan China atas pandemi tersebut.

Dalam pidato yang umumnya berfokus pada isu-isu domestik, Trump membual tentang pembunuhan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dan mayor jenderal Korps Garda Revolusi Islam Iran Qassem Soleimani. Ia menyebut China setidaknya 11 kali, umumnya menyalahkan atas terjadinya pandemi dan perang dagang, dan menyebut Joe Biden "boneka China."

Presiden meremehkan gerakan Black Lives Matter dan liputan media atas protes-protes yang mengguncang Amerika selama berpekan-pekan sejak pembunuhan George Floyd, laki-laki kulit hitam dalam tahanan polisi kulit putih Minnesota, tanggal 25 Mei.

Menuding gerakan di seluruh negeri untuk menghapus atau mengganti monumen yang menghormati jenderal Konfederasi, Trump mengatakan kepada pendukung, "Kampanye penyensoran dan pengucilan yang kejam ini melanggar semua yang kita banggakan sebagai orang Amerika. Mereka ingin menghancurkan warisan kita supaya bisa menggantinya dengan rezim penindas yang baru."

Panitia kampanye membatalkan pidato presiden dan wakil presiden bagi pendukung di luar BOK Center karena jumlah mereka jauh dari harapan.

Steve Phillips, pendiri Democracy in Color, organisasi politik yang berfokus pada ras dan politik, dan pembawa acara podcast dengan nama yang sama, menyebut jumlah yang hadir "jauh lebih rendah dari perkiraan, sehingga memalukan."

Pengguna media sosial di berbagai platform, termasuk aplikasi berbagi video TikTok, yang popular, mengklaim dalam postingan dan video bahwa mereka mendaftar untuk mendapat tiket gratis ke kampanye itu sebagai lelucon, tanpa berniat datang.

Namun, massa tetap bersorak dengan antusias untuk Trump yang tampak bersemangat dalam upayanya terpilih kembali dalam kampanye yang diwarnai pandemi dan demonstrasi menentang rasisme di seluruh negeri.[ka/ii]

XS
SM
MD
LG