Uji coba terbaru rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) oleh Korea Utara menunjukkan kemajuan nyata dalam pembangunan kemampuan militer untuk melancarkan serangan nuklir terhadap daratan Amerika atau sasaran-sasaran lain di dunia.
Rudal yang ditembakkan dari dekat kota pesisir Sinpo, Rabu dini hari (24/8) itu meluncur sejauh sekitar 500 kilometer sebelum jatuh ke laut di dalam zona identifikasi pertahanan udara Jepang.
Beberapa jam setelah peluncuran itu, para menteri luar negeri dari China, Jepang dan Korea Selatan bertemu dalam pertemuan trilateral di Tokyo membahas peluncuran itu. Jepang dan Korea Selatan mengutuk keras aksi Pyongyang itu.
“Tindakan provokatif tersebut benar-benar tidak dapat ditoleransi, dan kami mengajukan protes keras terhadap Korea Utara. Dalam pertemuan hari ini, kami menegaskan bahwa Jepang, China dan Korea Selatan akan memimpin upaya masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, untuk mendesak Korea Utara agar menahan diri dari tindakan provokatif dan agar mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida.
Walaupun menteri luar negeri Jepang dan Korea Selatan mengutuk keras aksi terakhir Korea Utara tersebut, menteri luar negeri China menunjukkan sikap yang lebih lunak dan memusatkan perhatian untuk mendorong kerjasama yang lebih luas.
“Ini tanggung jawab kita untuk memajukan pembangunan ekonomi, menggalakkan kerjasama regional dan memelihara perdamaian dan stabilitas regional,” kata Menteri Luar Negeri Wang Yi.
Sementara itu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut provokasi Korea Utara itu sebagai “tindakan yang tidak bisa dimaafkan” dalam “pembangkangan yang menyolok” terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Ini adalah pertama kalinya bahwa rudal Korea Utara mendarat di zona identifikasi pertahanan udara Jepang. Ini merupakan ancaman serius terhadap keamanan Jepang, dan merupakan tindakan yang tidak bisa dimaafkan yang jelas merusak perdamaian dan stabilitas regional,” kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi keras terhadap Korea Utara pada bulan Maret untuk uji coba nuklir keempatnya dan peluncuran roket jarak jauh sebelumnya tahun ini.
Korea Utara dianggap berada dalam tahap awal pengembangan kemampuan untuk peluncuran rudal berbasis kapal selam.
Pyongyang mengklaim telah berhasil melakukan uji coba SLBM pertama pada bulan Mei 2015, tetapi para analis kemudian memastikan bahwa rudal itu diluncurkan dari tongkang bawah air dan bukan dari sebuah kapal selam.
Pada bulan Desember 2015, Korea Utara melakukan uji coba penembakan sebuah SLBM yang kabarnya meledak di udara setelah meluncur hanya beberapa kilometer.
Uji coba rudal kapal selam Korea Utara yang terakhir dilakukan pada bulan April, dan hanya berhasil meluncur sekitar 30 kilometer sebelum jatuh ke laut.
Militer Korea Selatan mengatakan peluncuran misil yang diduga SLBM jenis KN-11 berjarak menengah hari Rabu ini menunjukkan kemajuan nyata dalam kemampuan rudal balistik Korea Utara.
Korea Utara kini memiliki salah satu armada kapal selam terbesar di dunia, yang mencakup sekitar 70 kapal yang beroperasi di bawah permukaan air laut.
Sebagian besar kapal selam itu sudah tua, yang dibangun dengan teknologi tahun 1950-an dan digerakkan oleh mesin diesel-listrik, yang berarti bahwa kapal-kapal itu hanya mampu berada di bawah air dan bersembunyi dari radar selama beberapa hari sebelum muncul kembali ke permukaan air.
Tapi sejak Kim Jong Un berkuasa pada tahun 2011, militer Korea Utara telah mempercepat upaya memodernisasi armada kapal selamnya, menurut Jane Intelligence Review, sebuah jurnal keamanan global. [lt/uh]