Pernyataan itu disampaikan Ketua Komisi Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma sehari setelah pembunuhan mantan panglima militer Jean Bikomagu.
Sekelompok laki-laki bersenjata yang tidak dikenal membunuh Bikomagu di luar rumahnya di ibukota Bujumbura. Pembunuhan itu terjadi setelah pembunuhan penasehat keamanan presiden Adolphe Nshimirimana baru-baru ini.
“Tindakan keji ini dan beragam tindak kekerasan yang terjadi dalam beberapa bulan ini menunjukkan kondisi gawat di Burundi dan dampak nyata terjadinya kemerosotan lebih lanjut atas dampak bencana di negara itu dan seluruh kawasan,” ujar Dlamini-Zuma dalam pernyataan tertulis tersebut.
Zuma menegaskan perlunya dialog guna mencapai solusi damai dan abadi atas krisis saat ini.
Burundi telah diguncang aksi kekerasan sejak April lalu ketika Presiden Pierre Nkurunziza mengumumkan rencana untuk bertarung kembali bagi masa jabatan ketiga.
Keputusannya memicu kudeta yang gagal pada bulan Juni dan bentrokan yang menewaskan lebih dari 100 orang. Beberapa pengecam mengatakan tindakan Nkurunziza merongrong konstitusi dan perjanjian Arusha yang secara efektif telah mengakhiri perang saudara di negara itu yang telah berlangsung selama 13 tahun.
Pengadilan konstitusi Burundi memutuskan bahwa Nkurunziza berhak bertarung kembali karena ketika menduduki masa jabatan pertamanya tahun 2005, ia dipilih oleh parlemen dan bukan pemilih.
Terpilihnya kembali Nkurunziza dalam pemilu tanggal 21 Juli lalu dinilai luas sebagai cacat hukum.