KTT ASEAN telah berakhir di Australia. Selama akhir pekan lalu, ratusan demonstran berkumpul di Sydney untuk mengecam pelanggaran HAM di Asia Tenggara. Juga muncul kecaman di dalam KTT ASEAN mengenai perlakuan Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Kemarahan seputar pelanggaran HAM menyatukan komunitas Vietnam, Burma dan Filipina di pusat kota Sydney, Australia. Para pengunjuk rasa asal Kamboja menentang ancaman Perdana Menteri Hun Sen, yang mengatakan dia akan menyerang mereka yang berencana membakar patung dirinya. Tidak ada kekerasan yang dilaporkan terjadi selama KTT dua hari itu.
Dalam pertemuan itu, Perdana Menteri Malaysia mengkritisi Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Najib Razak mengatakan perlakuan pemerintahannya terhadap Muslim Rohingya membuat mereka rentan teradikalisasi oleh teroris karena tak punya harapan akan masa depan. Sangat jarang bagi para pemimpin ASEAN untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap sesama anggota.
Ratusan ribu warga Rohingya telah mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh, setelah lari dari kekerasan. Rumah-rumah mereka di negara bagian Rakhine, Myanmar juga hancur. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull telah mengatakan Aung San Suu Kyi menanggapi kontroversi itu dalam pembicaraan tertutup dengan para pemimpin Asia Tenggara lainnya di Sydney.
Baca juga: Penasihat PBB: Myanmar Terindikasi "Bersihkan" Rohingya
Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan penderitaan kaum Rohingya harus segera diatasi.
“Tujuan kami adalah mendukung resolusi yang damai dan cepat bagi masalah-masalah kemanusiaan, bencana kemanusiaan, dengan sebaik-baiknya," tandas Turnbull.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan meskipun terdapat kekhawatiran regional mengenai krisis Rohingya, Myanmar harus memecahkannya.
“Masalah itu merupakan kekhawatiran seluruh negara ASEAN, tapi ASEAN tidak mampu mengintervensi untuk memaksakan suatu tindakan,” ujar Lee.
Keamanan, kontra-terorisme dan perdagangan juga merupakan topik utama dalam KTT ASEAN tahun ini. Juga ada diskusi mengenai cakupan wilayah Tiongkok di Laut China Selatan, tapi tidak ada kritikan eksplisit mengenai Beijing dari para anggota ASEAN.
Australia bukan bagian dari kelompok sepuluh negara itu, tapi merupakan Mitra Dialog, dan menjadi tuan rumah acara itu untuk pertama kalinya. Sebuah pernyataan mengatakan Australia adalah “mitra penting untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan di kawasan itu.”
Para pengamat mengatakan ASEAN “kurang berani untuk melakukan tawar-menawar secara kolektif” karena para anggotanya menolak mengompromikan kepentingan-kepentingan nasionalnya. [vm/ii]