Malaysia, hari Senin (5/10), menutup sebagian besar sekolah di seluruh negeri selama dua hari untuk melindungi anak-anak dari kabut asap tebal dan beracun akibat pembakaran hutan di Indonesia.
Kabut asap yang menyelimuti bagian-bagian Malaysia dan Singapura selama sekitar sebulan tersebut, juga menyebar ke Thailand, Senin (5/10), pertama kalinya kabut asap tingkat berbahaya sampai sejauh itu ke utara.
Hal ini menyoroti cakupan regional masalah ini, yang dituding merupakan akibat ketidakmampuan Indonesia dalam mencegah perusahaan-perusahaan perkebunan besar melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan.
Indeks polutan udara mencapai tingkat berbahaya di Shah Alam, ibukota negara bagian Selangor di Malaysia, dan sangat tidak sehat di banyak wilayah lainnya. Hal itu mendorong pihak berwajib untuk memerintahkan penutupan 7.000 sekolah hari Senin dan Selasa, meskipun kabut asap mulai berkurang, Senin pagi (5/10).
Indeks Polutan Udara di Shah Alam turun ke 95, dari 308 Minggu pagi. Angka di bawah 50 adalah baik, 51-100 moderat, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat dan di atas 300 adalah berbahaya. Namun, di 11 wilayah, terutama di negara-negara bagian di utara, ada di kisaran tidak sehat, dengan stasiun di pulau Penang mencatat tingkat terburuk pada 164.
Jarak pandang yang buruk memaksa beberapa bandar udara di Malaysia untuk tutup selama beberapa jam hari Minggu. Acara maraton tahunan yang populer di Kuala Lumpur juga dibatalkan.
Wakil Perdana Menteri Zahid Hamidi mengatakan upaya-upaya Indonesia untuk menanggulangi sumber-sumber pembakaran lahan oleh para petani tidak cukup. Ia mengatakan Indonesia harus mencari lebih banyak bantuan dari negara-negara tetangga untuk mengatasi kabut asap, yang merupakan masalah tahunan. [hd/eis]