Dalam Strategi Keamanan Nasional yang baru diungkapkan, Presiden Amerika Donald Trump bertekad untuk “memastikan perimbangan kekuatan dimana Amerika tetap unggul di kawasan-kawasan penting dunia.”
Indo-Pasifik berada di tempat teratas daftar “kawasan penting” yang ditetapkan Gedung Putih, yang disusul oleh Eropa dan Timur-Tengah. Bagaimana Washington mencapai sasaran strategi ini sedang diperhatikan dengan seksama, sementara China, yang disebut sebagai saingan, tidak menunjukkan pengurangan minat pada kawasan yang sedang mengalami pergeseran kekuatan yang dramatis itu.
“Strategi Keamanan Nasional yang baru pemerintahan Trump sangat mengkritik China,” tetapi “mereka belum menjelaskan bagaimana pendekatan ini akan diterapkan dan dilaksanakan di Laut China Selatan,” tulis dua orang pakar baru-baru ini, yang mengacu pada satu masalah yang dipertentangkan yang dianggap mencerminkan maksud-maksud strategi Amerika dan China.
Sementara politik kekuatan berjalan, sedikitnya satu negara di kawasan itu tampaknya bersedia mengabaikan sengketa wilayah, untuk sementara, dan lebih mengutamakan peningkatan kekuatan ekonominya.
Dalam pidato akhir tahun, Jose Manuel G. Romualdez, duta besar Filipina untuk Amerika, memusatkan perhatian hadirin pada pertumbuhan ekonomi negaranya, dan menyebut “pembangunan kembali secara besar-besaran infrastruktur fisik negaranya” sebagai prioritas utama bagi pemerintah Filipina yang dipimpin oleh Rodrigo Duterte.
Ketika ditanya apakah masalah Laut China Selatan sekarang kurang mendesak, Romualdez memberi jawaban 'ya’ dan mengatakan, "Keadaan sudah mereda dalam pengertian bahwa kita sekarang sedang berunding dengan China mengenai cara menyelesaikan masalah tersebut,” katanya kepada VOA. “Tidak ada pembangunan baru berjalan,” imbuhnya dan itulah yang dimaksudnya dengan kata mereda.
Pemerintahnya, menurutnya, sedang melakukan pembicaraan dengan China secara bilateral dan melalui forum kawasan yang disediakan ASEAN atau perhimpunan negara-negara Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara. [gp]