Bobby Afif Nasution, menantu Presiden Joko Widodo, disandingkan dengan kader Partai Gerindra, Aulia Rahman, sebagai wakilnya untuk maju dalam Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Medan. Didukung koalisi dua partai besar, pasangan Bobby-Aulia Rahman diperkirakan bakal melenggang mulus untuk menjadi wali kota dan wakil wali kota.
Pengamat politik dari Universitas Sumatra Utara (USU), Warjio mengatakan peluang Bobby untuk menang dan menjadi wali kota akan ditentukan oleh hadirnya pesaing politiknya di Pilkada Medan. Namun, sejauh ini belum ada pasangan bakal calon wali kota dan wakil wali kota yang resmi diusung oleh partai lain.
"Jika pesaing itu muncul dan bisa dipercaya oleh masyarakat saya kira itu akan menjadi penantang kuat bagi Bobby yang punya dukungan kuat dari istana dan partai penguasa," kata Warjio kepada VOA, Rabu (12/8).
Kendati Bobby diusung oleh partai penguasa bukan berarti jalannya bakal mulus untuk menduduki kursi Wali Kota Medan. Dukungan suara untuk Bobby dinilai bakal tergerus lantaran adanya kekecewaan dari sebagian kalangan internal PDIP di Kota Medan ketika Pelaksana Tugas Wali Kota Medan, Akhyar Nasution, yang merupakan kader dari partai Megawati Soekarnoputri itu, tidak masuk bursa pencalonan.
"Suara ini akan bisa menggerus dukungan terhadap PDIP. Jadi siapa nanti yang akan maju, saya kira harus diperhitungkan atau menjadi pesaing hebat bagi Bobby," ujar Warjio.
Masih kata Warjio, majunya Bobby dalam persaingan Pilkada Medan kerap dianggap sebagai bagian dari politik dinasti. Status Bobby sebagai menantu dari Jokowi juga dinilai akan mendapat kritikan dari para pemilih di Kota Medan. Dinasti politik itu bakal menjadi batu sandungan Bobby dalam persaingan Pilkada Medan.
"Nah masyarakat Medan juga akan memandangnya secara kritis. Apakah ini bisa diterima? Tentu saja ini bisa terlihat dalam konteks kualitas kepentingan tertentu," tandasnya.
Pakar komunikasi politik Universitas Nasional Jakarta, Lely Arrianie, saat dihubungi VOA mengatakan peluang Bobby untuk melenggang mulus menjadi Wali Kota Medan bakal terbuka lebar lantaran didukung oleh partai penguasa. Namun, menantu dari Jokowi itu tak harus bersandar pada politik dinasti semu.
"Yang paling penting elektabilitas bukan popularitas. Bisa jadi dinasti politik pada Bobby menguntungkan dan merugikan kalau dia tidak bekerja keras hanya mengandalkan garis keturunan atau relasi patron klien," ucap Presidium Asosiasi Ilmuwan Komunikasi Politik Indonesia (AIKPI) ini.
Sementara itu, sejumlah kader PDIP menolak pencalonan Bobby-Aulia dalam Pilkada Medan. Keduanya dinilai tak layak dicalonkan lantaran bukan kader PDIP. Ketua DPD PDIP Sumut bidang komunikasi politik, Aswan Jaya meminta seluruh kader partai untuk menjaga, menghormati dan melindungi keputusan pimpinan partai.
"Memenangkan Bobby-Aulia Rahman itu bukan sekadar untuk keduanya. Tapi untuk memenangkan keputusan partai. Ini yang harus dipahami seluruh kader," ucapnya.
Sejauh ini hanya sosok Akhyar Nasution, yang santer dikabarkan bakal menjadi pesaing Bobby. Akhyar notabene politisi yang dibesarkan oleh PDIP. Namun belakangan Akhyar akan diusung oleh partai lain lantaran namanya digusur oleh Bobby yang telah direkomendasikan PDIP. [aa/ft]