Nama Amy Allen mungkin belum familiar di telinga Anda, tetapi karya-karyanya mungkin sudah banyak Anda nikmati, bahkan telah menarik perhatian Grammy.
Penulis lagu berusia 32 tahun itu telah menulis berbagai lagu hits bersama Halsey (“Without Me”), Selena Gomez (“Back to You”), dan Tate McRae (“Greedy”). Sumbangsihnya untuk album “Harry’s House” milik Harry Styles diganjar dengan penghargaan album terbaik Grammy tahun 2023. Ia juga berkontribusi dalam lagu-lagu milik Olivia Rodrigo, Charli XCX, Rosé, Reneé Rapp, Shawn Mendes, Leon Bridges dan Justin Timberlake.
Terlepas dari itu semua, tahun 2024 telah menjadi tahun di mana karya-karya Allen tidak mungkin terelakkan berkat kolaborasinya bersama bintang yang tengah naik daun, Sabrina Carpenter. Allen ikut menulis ke-12 lagu dalam album “Short n’ Sweet” milik Carpenter, termasuk “Espresso”, lagu musim panas populer yang melambungkan nama Carpenter ke level ketenaran seperti sekarang, dan “Please Please Please,” single berikutnya yang membuktikan bahwa musik popnya yang centil dan mudah diingat tidak akan mudah dilupakan.
“Heartbreak is one thing, my ego’s another / I beg you, don’t embarrass me,” (disambung dengan sebuah kata kotor yang dinyanyikannya dengan menyeringai)
“Saya sangat terinspirasi oleh Sabrina sejak awal. Saya rasa kami menulis dengan cara yang sama. Kami berdua suka bercerita. Kami langsung akrab,” ungkap Allen.
Pada musim gugur lalu, karya Allen menempatkannya pada peringkat nomor 1 daftar penulis lagu Billboard Hot 100 selama tujuh pekan, mengalahkan penulis lagu lain, termasuk Carpenter sendiri dan Kendrick Lamar.
“Begitu lagu-lagu itu selesai saya tulis, saya hanya berusaha merelakannya kepada dunia,” ujar Allen kepada kantor berita Associated Press. Syukurnya, dunia merangkul karya-karyanya.
Ketika nominasi Grammy Awards ke-67 diumumkan, Allen sedang berada di tengah-tengah sesi menulis lagu di London. Kabar itu ia terima lewat pesan teks dari manajernya: Ia mendapat empat nominasi, termasuk nominasi keduanya sebagai penulis lagu terbaik, nonklasik – kategori yang baru hadir tiga tahun belakangan. Jika menang, ia akan menjadi perempuan pertama yang membawa pulang penghargaan itu.
“Short n’ Sweet” juga dinominasikan untuk album terbaik dan “Please Please Please” untuk kategori lagu terbaik.
Nominasi keempatnya berasal dari kategori lagu yang ditulis untuk media visual, yaitu untuk lagu “Better Place,” yang ia tulis bersama NSYNC untuk film “Trolls: Band Together.”
“Orang-orang sangat tertarik pada energinya, dan jelas bakatnya. Itu sudah jelas,” kata Julia Michaels, seniman sekaligus penulis lagu hit lainnya, yang juga berkolaborasi dalam album “Short n’ Sweet”, mengenai sosok Allen.
“Ia selalu menghadirkan sikap yang menyenangkan dan optimistis, seolah, ‘tidak ada yang tidak mungkin,’” tambah Julian Bunetta, yang ikut menulis dan memproduseri lagu-lagu dalam album Carpenter.
“Kemudahan itu membuat percakapan mengalir begitu saja, membuat orang-orang mau terbuka dan membagikan seluk-beluk kehidupan mereka.”
Perjalanan Allen menjadi penulis lagu profesional cukup berliku. Allen, yang tumbuh besar di Maine, sempat tergabung dalam band bluegrass, band rock, dan tampil di pub-pub Irish semasa remaja. Pada awal usia 20-an, ketika ia pindah ke Berklee College of Music setelah belajar selama dua tahun di sekolah keperawatan Boston College, ia akhirnya sadar bahwa menulis lagu untuk orang lain dan menjadi seorang seniman panggung adalah pilihan karir yang sama-sama bisa ditempuh.
“Saya harus benar-benar menggali sampai akhirnya sadar, misalnya, Carole King menulis lagu untuk orang lain, tapi ia juga seorang seniman. Di kemudian hari, lama setelahnya, barulah saya tahu penulis lagu seperti Julia yang menulis secara profesional,” ungkap Allen.
“Saya tahu bakat ini ada dalam darah saya sejak saya masih sangat kecil, dan telah membuat saya merasa lebih nyambung dengan diri saya dan dunia di sekitar saya dalam berbagai hal, lebih dari apa pun yang pernah saya alami.”
Lagu “Espresso” tercipta di sebuah studio di Paris. Allen, Bunetta, Carpenter dan penulis lainnya, Steph Jones, “adalah anak-anak yang sedang bersenang-senang, tertawa-tawa dan bermain-main,” kata Bunetta, yang menjelaskan, energi yang penuh kegembiraan itulah yang menghasilkan bunyi yang riang dan celetukan-celetukan iseng dalam lagu tersebut (“that’s that me espresso”).
Allen percaya “Short n’ Sweet” sukses berkat musik popnya yang unik dan ceria, karena pendengar menginginkan lagu-lagu naratif yang tidak mudah ditebak, dengan perspektif dan kepribadian yang khas.
“Masyarakat umum jauh lebih pintar dari yang dinilai banyak penulis lagu dan banyak orang dalam industri hiburan,” kata Allen. “Para seniman yang berhasil adalah mereka yang bersedia memberikan segalanya, untuk mengatakan sesuatu dengan lugas, jujur dan apa adanya kepada mereka, sehingga sulit bagi masyarakat untuk tidak menyimaknya.”
Oktober lalu, ia sibuk berkeliling menjadi artis pembuka bagi konser band Bleachers yang digawangi Jack Antonoff, salah seorang kolaboratornya, di Eropa, Los Angeles dan New York. Ia menampilkan lagu-lagu dari album debutnya, “Amy Allen,” yang dirilis September lalu. Album itu berisi lagu-lagu pop dengan petikan gitar dan tabuhan perkusi ciptaannya.
Tur yang dijalaninya itu membuatnya sadar. “Saya suka menulis lagu untuk dan bersama artis lain, dan saya akan melakukannya untuk waktu yang lama,” kata Allen. “Tapi juga sangat penting bagi saya untuk mengingat kembali bagaimana saya jatuh cinta dengan musik, yaitu dengan menulis lagu di tempat tidur saya, menulis puisi-puisi pendek di kamar tidur saya.”
“Mau menjadi artis terbesar di dunia atau membuat musik apa pun yang ia suka, saya yakin dia bisa melakukannya,” kata Michaels, yang juga meluncurkan karir popnya pada tahun 2017 dengan lagu multi-platinumnya, “Issues.” “Saya akan selalu melakukan keduanya,” kata Allen. [rd/ka]
Forum