Sejumlah tempat mondok sementara hewan peliharaan ini bahkan dilengkapi berbagai fasilitas yang selama ini hanya dinikmati manusia, termasuk kolam renang dan salon.
Yuliana Monica Petronela, manajer operasi Dogs Ministry, mengatakan, maraknya bisnis hotel hewan peliharaan dikarenakan semakin banyak orang di Indonesia yang menganggap anjing atau kucing sebagai bagian dari anggota keluarga.
“Yang saya temui pada customer-customer saya, mereka menganggap anjing mereka itu sebagai part of their family, either their child or their sibling. Jadi, benar-benar disayang,” kata Monica.
Tak heran, kata perempuan yang akrab dipanggil Monica itu, hotel hewan peliharaan yang dikelolanya tak pernah sepi pengunjung.
“Lebaran 2024 lalu, hotel kita full, bahkan sampai over capacity. Kita service sekitar 250-an anjing,” ujar Monica.
Mimi Savitri, seorang penggemar kucing yang saat ini menjabat sebagai staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta membenarkan bahwa kini banyak orang Indonesia yang menganggap hewan peliharaan sebagai bagian dari keluarga.
Ia bahkan mengatakan, ini sedang menjadi tren baru, menyusul gencarnya pemberitaan soal hewan peliharaan di sosial media, terutama sewaktu masa pandemi COVID-19.
Para pemilik hewan peliharaan, menurut Mimi, tak sungkan menguras koceknya, dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, demi kesejahteraan anjing atau kucing mereka. Mereka tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan makan dan minum hewan, tapi juga kesejahteraan fisik dan mental hewan-hewan berbulu itu.
“Karena memang ada ikatan kuat antara pemilik dan hewan-hewan peliharaan itu,” kata Mimi.
Mimi sendiri mengaku, karena kedekatan dengan kucingnya, ibu yang anak-anaknya sudah beranjak dewasa ini memanggil kucingnya yang bernama Cika dengan sebutan Cah Cilik.
Biaya menitipkan hewan di Dogs Ministry tidaklah murah Ada 3 jenis kamar yang ditawarkan hotel di kawasan Pluit itu -- superior, deluxe dan suite, dengan kisaran harga dari Rp150.000 hingga Rp 600.000 per malam, tergantung jenis anjing dan fasilitas yang diinginkan
“Itu normal rate yah. Kalau peak season beda lagi. Ada juga holiday rate,” ujar Monica.
Ini artinya harga bisa berlipat, padahal itu tidak termasuk makanan hewan peliharan yang menginap di hotel itu. Menurut Monica, karena memperhitungkan tuntutan jenis makanan yang berbeda dari klien mereka, pemilik hewan diharuskan membawa makanan sendiri.
Menurut Monica, harga yang dipatok setara dengan fasilitas yang disediakan. Hotel yang mulai dibuka sejak awal 2020 itu dilengkapi CCTV, ruangan ber-AC, tim perawat (handler) yang bersiaga 24 jam sehari, taman bermain, salon atau grooming studio, dan bahkan kolam renang.
Tidak hanya itu, hotel itu memberi kesempatan hewan peliharaan bermain atau bersosialisasi dengan sesamanya dua kali sehari, fasilitas dokter hewan on-call dan laporan rutin ke pemilik hewan dalam bentuk video.
Karena begitu tingginya minat terhadap akomodasi hewan peliharaan, Dogs Ministry dalam waktu dekat bahkan berencana membuka cabang baru di kawasan Jabodetabek. Untuk lokasi di Pluit, Dogs Ministry memiliki kamar sedikit di atas 100 unit. Namun hotel itu juga memiliki lebih dari 100 kandang yang terbuat dari teralis besi, yang ternyata juga sangat diminati pada saat peak season.
Doktor Fadjar Ibnu Thufail, seorang antropolog yang banyak menelaah hubungan manusia dan hewan mengatakan, di Indonesia, secara umum hubungan hewan dan manusia sebetulnya belum sampai pada tahap di mana manusia menganggap hewan adalah anggota keluarga. Namun, trennya mulai tampak di kalangan menengah ke atas, yang secara ekonomi berkecukupan.
“Konteksnya agak berbeda yah dengan beberapa negara. Di Indonesia, itu sebenarnya lebih sebagai simbol status,” jelas Fadjar.
Kepala pusat riset kewilayahan Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ini mengatakan, pemilik hewan peliharaan di Indonesia umumnya dianggap sebagai orang yang berpunya. Hewan peliharaan yang dimiliki umumnya ras murni (purebred) yang harganya mahal dan sering diikutkan dalam kompetisi. Walhasil biaya perawatannya mahal dan tidak bisa asal-asalan.
Pemilik 33 ekor kucing ini menjelaskan, hubungan manusia dan hewan di Indonesia berbeda dengan yang di Jepang dan Amerika Serikat.
“Di Jepang, hewan, khususnya kucing dan anjing kecil, memang lebih dianggap sebagai bagian dari family. Karena orang-orang di sana rata-rata hidup sendiri atau individualis. Ini sama dengan di Amerika, di mana hewan dianggap sebagai companion atau anggota keluarga,” ungkap Fadjar.
Namun, Fadjar lebih jauh mengatakan, perlakuan orang Indonesia secara umum terhadap hewan peliharaan di masa depan bukan tidak mungkin akan meniru apa yang terjadi di Jepang atau Amerika. Apalagi, katanya, semakin banyak orang yang peduli hewan dan tren memiliki hewan peliharaan semakin mengemuka di Indonesia.
Fadjar bahkan melihat, yang dipelihara orang-orang Indonesia, yang mayoritas Muslim, tidak hanya kucing tapi juga anjing -- hewan yang selama ini sering dijauhi karena menurut ajaran Islam dianggap najis.
Banyaknya Muslim yang memelihara anjing dibenarkan Monica dari Dogs Ministry, yang pada umumnya hanya menampung anjing.
“Kita open for anyone. Bahkan banyak juga customer yang Muslim, yang reguler ke Dogs Ministry untuk main dan menitipkan anjing mereka,” ujarnya.
Dogs Ministry bukan satu-satunya hotel hewan peliharaan yang terbilang mewah di kawasan Jabodetabek. Di Jakarta, ada juga Woof Avenue di Gading Serpong, yang menawarkan tempat menginap dengan berbagai fasilitas bermain, termasuk kolam renang.
Selain menerima perawatan tradisional secara rutin, hewan peliharaaan di sana dapat mencoba sauna, terapi aroma dan diberi kapsul oksigen. Woof Avenue memiliki 12 kandang beukuran sedang dan delapan kandang berukuran besar, masing-masing seharga Rp 200.000 dan Rp 250.000 per malam.
Bagi mereka yang ingin hewan peliharaan mereka bebas berkeliaran dalam suasana aman, Dog Daycare Jakarta bisa menjadi pilihan. Di hotel ini, tidak ada kamar atau kandang sehingga anjing didorong untuk belajar bersosialisasi dengan teman berbulu lainnya. Anjing yang dititipkan di sana bisa bersenang-senang di taman bermain tanpa rumput, sehingga pemilik dapat yakin bahwa anjingnya tidak akan pulang dengan membawa kutu.
Untuk nutrisi, Dog Daycare Jakarta menyediakan makanan kering premium atau resep spesial buatan sendiri. Dengan mencampurkan Oxyfresh Oral Hygiene dengan minuman hewan, tempat penitipan ini berusaha menjamin kesehatan mulut dan gigi anjing. Minyak ikan juga disertakan dalam diet mereka untuk memastikan bulu tetap lembut, berkilau dan sehat.
Di kota Bogor, yang menjadi penyangga Jakarta, kini ada Rumah Terraria. Hotel ini mengklaim dirinya sebagai tempat hiburan anjing terpadu. Hotel ini memiliki lapangan yang luas, kapasitas asrama untuk 250 anjing, kolam renang, kafe, dan area pelatihan yang memberikan kenyamanan bagi hewan peliharaan.
Bagi mereka yang tinggal di kawasan Tangerang Selatan ada Joglo Dog Villa. Tempat penitipan ini menyambut hewan peliharaan dengan tangan terbuka di ruangan seluas 2.000 meter persegi. Seperti halnya Dog Daycare Jakarta, Joglo Dog Villa membiarkan anjing bebas berkeliaran dan berinteraksi dengan para pengasuh mereka.
Joglo Dog Villa memiliki tiga bangunan di kompleksnya yang mampu menampung sekitar 30 anjing. Tempat menginap anjing itu dilengkapi dengan AC, makanan, taman bermain besar untuk anjing, dan bahkan transportasi antar-jemput dengan biaya tambahan. Anjing kecil, biasanya akan dikenakan biaya Rp 85.000 per malam, sedangkan yang berukuran lebih besar akan dikenakan biaya Rp 95.000 per malam.
Monica sendiri mengakui bahwa bahwa persaingan bisnis hotel peliharaan kian meningkat di Jabodetabek. Namun ia mengatakan, harga bukan pertimbangan utama konsumen. Konsumen lebih memperhitungkan kebersihan hotel dan keterampilan para handler-nya.
“The first thing is cleanliness. Because kalau nggak bersih, banyak yang bisa terjadi, seperti bakteri dan virus. Meskipun anjing yang dititipkan sudah diwajibkan vaksin, kalau tidak bersih dan bau, customer pasti tidak mau menitipkan hewan mereka atau kembali lagi,” jelas Monica.
Berdasarkan hasil survei Asosiasi Dokter Hewan Amerika (AMVA) yang dirilis Juni 2024, penitipan hewan merupakan bisnis yang cukup menggiurkan. Setiap tahunnya, para pemilik hewan peliharaan di berbagai penjuru dunia menghabiskan sekitar 20 miliar dolar untuk kebutuhan akomodasi sahabat berbulu mereka.
Di Amerika Serikat, menurut AMVA, ada sekitar 80 juta anjing peliharaan dan 60 juta kucing peliharaan. Warga Amerika Serikat setiap tahunnya menghabiskan sekitar 140 miliar dolar untuk kebutuhan hewan peliharaan, dan sekitar 6 miliar dolar di antaranya, untuk layanan penitipan.
Biaya tempat penitipan hewan per malam di AS berkali-kali lipat dibandingkan dengan biaya di Indonesia. AMVA memperkirakan, tempat penitipan biasa menetapkan tarif rata-rata Rp 650 ribu per malam, sementara yang tergolong mewah sekitar dua kali lipatnya, yakni sekitar Rp1-1,5 juta per malam. Sebagai informasi saja, ada sebuah hotel hewan di AS yang menawarkan kamarnya hingga lebih dari Rp 3 juta per malam.
AMVA menyatakan bisnis penitipan hewan di AS belum berkembang sepenuhnya. Para pakar ekonomi, yang dikutip AMVA, menyatakan, ukuran bisnis ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang di seluruh dunia, di mana AS akan memimpin karena menguasai sekitar 58% pasarnya.
Tempat-tempat penitipan hewan peliharaan di AS biasanya hanya menampung kucing dan anjing. Namun ada beberapa yang juga menerima hewan peliharaan lain seperti kelinci, atau hewan-hewan eksotis, seperti ular dan kura-kura. [ab/uh]
Forum