Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan kunjungan mendadak selama satu hari ke Afghanistan, di mana para pejabat mengatakan bahwa ia menggelar pembicaraan dengan beragam topik dengan para penguasa Taliban. Ia juga kembali menegaskan sikap China yang menentang sanksi internasional terhadap negara yang dikoyak perang itu.
Kunjungan Wang yang dilakukan tanpa pengumuman pada hari Kamis (24/3), yang merupakan kunjungan pertamanya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan negara itu Agustus lalu, hanya berselang satu minggu sebelum Beijing menjamu negara-negara tetangga Afghanistan dalam sebuah pertemuan untuk mendiskusikan cara membantu negara itu mengatasi krisis kemanusiaan dan pergolakan ekonomi yang semakin buruk.
Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi juga akan mewakili Kabul dalam pertemuan yang diagendakan pada 30-31 Maret mendatang dan memberikan penjelasan singkat kepada para peserta pertemuan mengenai situasi terbaru di Afghanistan.
Tak lama setelah diplomat utama China itu mengakhiri kunjungannya ke Kabul, delegasi senior dari Rusia mendarat di ibu kota Afghanistan di bawah pimpinan Zamir Kabulov, utusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Afghanistan.
Pembicaraan tingkat delegasi antara Muttaqi dan Wang difokuskan pada penguatan hubungan politik, ekonomi dan perdagangan bilateral kedua negara, menurut pernyataan Taliban setelah pertemuan itu.
Wang dikutip mengatakan bahwa “China tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Afghanistan, juga tidak ingin melindungi kepentingannya melalui intervensi semacam itu.” Diplomat China itu menentang pemberian sanksi politik dan ekonomi terhadap Afghanistan, menurut pernyataan itu.
Beasiswa bagi mahasiswa Afghanistan, urusan visa, dimulainya pekerjaan oleh investor China pada sektor pertambangan hingga peran Afghanistan dalam program China, "Inisiatif Sabuk dan Jalan" (Belt and Road Initiative, juga didiskusikan, tambah pernyataan itu.
China berharap Afghanistan akan memenuhi komitmennya untuk tidak membiarkan kekuatan eksternal menggunakan wilayahnya sebagai alat untuk menentang negara-negara tetangganya atau membahayakan keamanan negara lain, tulis pernyataan kementerian luar negeri China, mengutip Wang saat menemui Wakil Perdana Menteri Taliban Abdul Ghani Baradar.
“Wakil PM Baradar menekankan bahwa wilayah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan negara mana pun,” kata pernyataan Taliban. “Memastikan perdamaian dan keamanan di Afghanistan berarti perdamaian dan stabilitas di kawasan itu,” kata pernyataan itu mengutip perkataan Baradar kepada Wang.
Dalam konferensi pers di Beijing hari Kamis (24/3), seorang juru bicara menteri luar negeri China menggarisbawahi pentingnya pertemuan pekan depan dengan negara-negara tetangga Afghanistan
“Kami mempercepat persiapan pertemuan menteri luar negeri negara-negara tetangga Afghanistan yang ketiga,” kata Wang Wenbin dalam konferensi pers. “Sebagai tetangga Afghanistan, China siap meningkatkan kekuatannya dan berkontribusi terhadap langgengnya stabilitas dan keamanan Afghanistan,” ungkapnya.
Beijing menjaga hubungannya dengan Taliban, bahkan ketika mereka melancarkan pemberontakan mematikan terhadap AS dan pasukan koalisi. Kelompok garis keras itu merebut kekuasaan dari pemerintah Afghanistan yang didukung AS tujuh bulan lalu, ketika pasukan internasional menarik pasukan mereka dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang.
Meski demikian, sejauh ini China belum memberikan pengakuan diplomatik terhadap pemerintahan Taliban, seperti sebagian besar negara lainnya.
Akan tetapi, Beijing dan negara-negara tetangga lain, termasuk Pakistan, tetap membuka kedutaan besar mereka di Kabul sejak penarikan pasukan Barat yang kacau balau Agustus lalu. Para pejabat China berkukuh bahwa komunikasi mereka dengan kelompok itu utamanya fokus pada masalah antiterorisme dan kemanusiaan dan setiap keputusan untuk mengakui pemerintahan Taliban harus diambil secara kolektif oleh negara-negara di kawasan.
China dan Afghanistan berbagi perbatasan sepanjang 76 kilometer.
Para pejabat China khawatir jika ketidakstabilan berlanjut di Afghanistan, maka para militan yang terkait dengan kelompok terlarang anti-China yang dikenal sebagai Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) dapat memanfaatkan wilayah Afghanistan sebagai lokasi untuk melancarkan serangan ke Xinjiang, daerah perbatasan China.
ETIM mengklaim pihaknya berjuang bagi kelompok minoritas Muslim Uyghur di Xinjiang, yang diduga menjadi target pelanggaran HAM oleh pihak berwenang China – tuduhan yang dibantah Beijing dan dianggap sebagai propaganda Barat.
China telah menginvestasikan sekitar $25 miliar dalam proyek infrastruktur besar-besaran di Pakistan di bawah BRI. Kedua negara ingin memperluas apa yang dikenal sebagai Koridor Ekonomi China-Pakistan atau CPEC ke Afghanistan untuk membantu mempromosikan stabilitas politik dan ekonomi di sana.
Taliban menyambut baik usulan tersebut. delegasi Pakistan, China dan Taliban juga dijadwalkan untuk mengadakan dialog tripartite di sela-sela pertemuan minggu depan di Beijing untuk membahas kerja sama dalam proyek-proyek ekonomi, kemungkinan di bawah CPEC, kata para pejabat di Islamabad.
Kunjungan Utusan Rusia
Kantor Muttaqi mengatakan bahwa pertemuannya dengan delegasi Rusia fokus pada penguatan hubungan politik, ekonomi, angkutan dan kawasan, serta memerangi perdagangan narkoba dari Afghanistan. Moskow juga telah menjalin komunikasi erat dengan Taliban, bahkan sejak sebelum kelompok itu merebut kekuasaan.
Kebutuhan kemanusiaan, yang disebabkan oleh perang selama bertahun-tahun dan kekeringan yang terus-menerus terjadi, telah meningkat ke titik yang memecahkan rekor di Afganistan, sejak Taliban merebut kekuasaan Agustus lalu.
Negara-negara Barat segera menangguhkan bantuan non-kemanusiaan ke negara yang sangat bergantung pada bantuan itu. Mereka juga menjatuhkan sanksi keuangan dan membekukan cadangan uang asing Afghanistan senilai miliaran dolar yang sebagian besarnya disimpan di AS.
PBB mengatakan bahwa lebih dari setengah penduduk Afghanistan yang berjumlah 40 juta orang akan menghadapi kelaparan. PBB juga memprediksi 95 persen warga Afghanistan akan hidup di bawah garis kemiskinan mulai pertengahan tahun ini. Badan dunia itu telah memperingatkan bahwa sekitar satu juta anak-anak Afghanistan bisa meninggal karena kekurangan gizi.
Wang berangkat menuju Kabul dari Pakistan, di mana dirinya diundang sebagai tamu khusus dalam konferensi menteri luar negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang mewakili kehadiran pertama China dalam sejarah perkumpulan Muslim tersebut. Diplomat China itu akan mengunjungi India hari Jumat (25/3).
Kunjungan pada hari Kamis oleh para pejabat tinggi China dan Rusia ke Kabul itu dilakukan di tengah kecaman dunia terhadap Taliban karena melanggar janji mereka untuk mengizinkan gadis remaja Afghanistan kembali ke sekolah.
Kelompok itu membuka kembali sekolah-sekolah di sebagian besar wilayah Afghanistan pada hari Rabu (23/3), namun pada saat-saat terakhir memutuskan untuk tidak mengizinkan anak-anak perempuan yang duduk di kelas tujuh hingga 12 untuk melanjutkan pendidikan mereka, dengan alasan kurangnya aturan yang sesuai dengan hukum Syariah bagi pelajar perempuan. [rd/lt]