Penerbangan Jakarta-Solo di akhir Maret lalu luar biasa sibuk. Terutama dengan bolak-baliknya sejumlah petinggi partai politik dan tokoh masyarakat yang datang menemui Wali Kota Solo – yang juga putra Presiden Joko Widodo – Gibran Rakabuming Raka. Padahal belum lagi tiga bulan ia menjadi orang nomor satu di kota berpenduduk sekitar 530 ribu jiwa itu.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Muhaimin Iskandar, yang menemui Gibran pada 24 Maret lalu di Loji Gandrung Solo, secara terang-terangan menyatakan kedatangannya adalah untuk menyampaikan dukungan jika Gibran ingin mencalonkan diri di pemilihan gubernur DKI Jakarta.
"Kami semua akan mendoakan, mendukung, dan menyukseskan Solo yang maju. Kami juga menitipkan NU (Nahdlatul Ulama) dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) di sini supaya tumbuh", ujar Muhaimin pada wartawan.
Ditambahkannya, "Insya Allah, Mas Gibran pemimpin masa depan yang sukses di Solo akan membawa kemajuan ke mana-mana. Pasti saya mendukung.”
Dukungan pada kepemimpinan Gibran di Solo dan potensi bertarung di skala nasional juga disampaikan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah juga datang menemuinya.
Sementara Ketua Umum Partai Amanat Nasional PAN Zulkifli Hasan, ketika membuka Musyawarah Daerah PAN Kota Solo yang dilangsungkan secara daring, tidak saja menyampaikan dukungan politik pada Gibran, tetapi juga mendorongnya untuk berpasangan dengan putrinya Zita Anjani untuk bertarung di pemilihan gubernur DKI Jakarta. Zita saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta.
Sementara mantan gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang menemui Gibran pada 7 April lalu menyebut pertemuannya sebagai nostalgia. "Saya ingat 9 Februari 2012 saya kesini bertemu dengan Bapak Jokowi yang saat itu masih menjabat Walikota,” ujar Ahok.
Kinerja Jadi Indikator Penting
Diwawancarai VOA Jumat lalu (9/4), pengamat politik di Universitas Negeri Sebelas Maret UNS Solo, Agus Riewanto, mengatakan meskipun pertemuan sejumlah petinggi partai politik dengan Gibran merupakan hal yang lumrah saja, jelas hal itu dapat mengangkat elektabilitasnya di kancah politik nasional.
"Orang yang paling dekat dengan presiden yaitu Gibran. Dia bukan sekadar anak ideologi PDI-Perjuangan, tapi juga ideologisnya seorang presiden. Jadi kalau mau mendekati presiden ya harus dekat dengan anaknya," ujar Agus.
Ditambahkannya, peluang Gibran bakal meningkat seiring turunnya popularitas sejumlah tokoh politik saat ini tidak lagi memegang jabatan formal.
"Risiko tak ada Pilkada 2022 dan 2023 tokoh-tokoh populis kehilangan panggung ada Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo. Mereka di daerah besar berpotensi jadi capres. Tapi mereka akan kehilangan panggung, ruang untuk populer hilang. Mereka kehilangan momentum", ungkap Agus.
Lebih jauh Agus memprediksi tiga tokoh lain yang elektabilitasnya bakal terus melesat menjelang pilpres 2024 adalah Gibran Rakabuming Raka, Agus Harimurti Yudhoyono dan Puan Maharani.
Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa kinerja ketiganya saat ini menjadi indikator semakin kuat tidaknya elektabilitas mereka kelak, bukan sekadar karena popularitas orang tua ketiganya yang sama-sama pernah dan masih menjabat sebagai presiden.
Ditemui di Solo, Gibran dengan santai mengatakan masih ingin memusatkan perhatian pada tugasnya di Solo dulu. "Saya nyelesaiin yang di Solo dulu. Urusan DKI ya nanti aja. Ngurus yang di Solo dulu aja," jelas Gibran. [ys/em]