Dalam kunjungan tiga hari ke negara bagian Alaska, di wilayah barat laut Amerika, Obama berulang kali mengatakan Amerika – penyebar polusi karbon terbesar kedua di dunia – tidak berbuat cukup banyak dalam melindungi lingkungan.
"Saya telah berusaha membuat seluruh negeri ini untuk lebih menyadari perubahan iklim, tapi kalian sudah menjalankannya," kata Obama di depan para warga di Kotzebue, sebuah kota kecil dan terpencil di Kutub Utara yang berjuang mengatasi erosi pantai akibat meningkatnya permukaan air laut.
Suhu di Kutub Utara meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia, mengakibatkan penduduknya menghadapi risiko unik pencairan es dan erosi tanah, kata Obama.
"Apa yang terjadi di sini merupakan peringatan bagi Amerika, semestinya juga peringatan bagi dunia," kata Presiden Obama. "Kita tidak bergerak cukup cepat. Dampaknya tidak bisa diatasi, jika kita tidak bertindak."
Kunjungan presiden ke negara bagian Alaska dengan agenda yang sudah diatur itu bertujuan mengumpulkan dukungan bagi kebijakan lingkungan untuk melawan perubahan iklim.
Beberapa anggota DPR AS menentang kebijakan-kebijakan tersebut, dengan mengatakan ancaman perubahan iklim telah dibesar-besarkan.
Dalam pidato pada konferensi gletser yang didukung oleh Amerika di Anchorage hari Senin, Obama menyebut perubahan iklim merupakan ancaman besar abad ini. Katanya banyak kota di dunia pada akhirnya akan terendam air jika dunia tidak bertindak untuk mengurangi emisi.
Hari Selasa, presiden berdiri di depan gletser Alaska yang mencair dengan cepat untuk menggaris-bawahi dampak perubahan iklim.
"Ini merupakan contoh penting tentang apa yang kita hadapi, akibat perubahan iklim, dibandingkan apa pun," kata Obama, ketika berdiri di depan Gletser Exit, yang menyusut dua kilometer dalam dua abad terakhir.
Presiden Obama berusaha membangun dukungan bagi rencananya untuk membuat pembangkit-pembangkit listrik di Amerika mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 32 persen di bawah tingkat tahun 2005, sambil meningkatkan tenaga listrik yang diproduksi menggunakan sumber daya terbarukan.
Para ilmuwan memperingatkan kalau suhu global meningkat lebih dari 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri akan mengakibatkan cuaca ekstrim dan meningkatnya permukaan air laut yang akan mempengaruhi penduduk di seluruh dunia. (zb/ii)