Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudry Nisar Ali Khan mengatakan sejumlah tersangka yang bertindak sebagai fasilitator telah ditangkap hari Minggu (21/12) dan interogasi yang dilakukan terhadap mereka memberi arah penyelidikan yang positif.
Chaudry tidak mengungkap identitas para tersangka yang telah ditangkap atau berapa banyak jumlahnya.
Tujuh anggota Taliban bersenjata yang mengenakan ikat pinggang dengan bahan peledak mengejutkan dunia hari Selasa (16/12) ketika mereka menyerang sebuah kompleks sekolah yang dikelola militer dan membantai 148 orang – termasuk 132 pelajar. Hampir 121 pelajar lainnya luka-luka dalam aksi penyanderaan selama delapan jam di sekolah yang terletak di kompleks yang dihuni banyak keluarga militer.
Taliban mengklaim perjuangannya adalah untuk mendirikan negara yang berdasarkan sistem hukum Islam yang keras. Taliban telah membunuh ribuan orang dalam sepuluh tahun ini.
Taliban mengatakan mereka menyerang sekolah itu sebagai pembalasan atas operasi militer terhadap mereka di Waziristan Utara yang dilancarkan pada pertengahan Juni lalu. Tentara Pakistan mengatakan sejauh ini operasi itu telah menewaskan lebih dari 1.200 militan.
Menanggapi serangan itu pemerintah Pakistan membom tempat-tempat persembunyian di daerah kesukuan Waziristan Utara yang terletak di sepanjang perbatasan Afghanistan dan mencabut larangan eksekusi tersangka teroris.
Pakistan juga telah mengeksekusi empat militan Taliban lagi sejak dicabutnya moratorium eksekusi selama enam tahun pasca serangan Taliban terhadap sebuah sekolah di Peshawar yang menewaskan 148 orang.
Keempat tahanan itu digantung hari Minggu di sebuah penjara di kota Faisalabad timur atas peran mereka merencanakan pembunuhan mantan presiden Pakistan Pervez Musharraf. Keempat militan itu diidentifikasi sebagai Ghulam Sarwar, Rashid Tipu, Zubair Ahmed dan Akhlaq Ahmed yang berkewarganegaraan Rusia.
Sebelumnya dua lainnya yang terbukti bersalah dalam rencana itu, yaitu Aquil yang juga dikenal sebagai Dr. Usman dan Arshad Mahmood digantung di penjara yang sama hari Jum’at (19/12).
Kelompok-kelompok HAM mengecam keras keputusan Pakistan yang kembali memberlakukan eksekusi tersebut dengan mengatakan, hal itu tidak akan menghentikan teroris dan mungkin akan memicu “siklus balas dendam”.