Pangeran Arab Saudi Sultan bin Salman hari Selasa (8/3) mengatakan setelah upaya pemerintahnya “memasok anggaran” ke sektor-sektor yang gagal mendorong perekonomian, negara kerajaan itu kini memusatkan upaya pada untuk menciptakan lapangan kerja.
Dalam wawancara dengan Associated Press, Pangeran Sultan mengatakan “sasaran utama saat ini di Arab Saudi adalah ekonomi dan lapangan pekerjaan.”
Arab Saudi menghadapi tantangan ekonomi yang luar biasa untuk menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru bagi penduduk muda yang jumlahnya sedang meningkat pesat di tengah anjloknya harga minyak global. Harga ekspor utama yang lebih rendah membuat negara itu mengalami defisit anggaran hampir 100 milyar dolar dan menarik kembali beberapa anggaran yang diperuntukkan bagi publik, termasuk mencabut sejumlah subsidi.
Pangeran Sultan – yang mengepalai Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Arab Saudi dan putra tertua Raja Salman yang masih hidup – mengatakan anjloknya harga minyak dari 115 dolar per barel pada pertengahan tahun 2014 menjadi sekitar 30 dolar per barel saat ini telah mendorong Arab Saudi mempertimbangkan kembali kebijakan ekonominya dan bagaimana mengatur pengeluaran.
“Kami tahu bahwa minyak tidak bisa bertahan pada 100 dolar,” ujar Pangeran Sultan. “Saya kira ada baiknya jika Arab Saudi mengkaji ulang perekonomiannya. Sebagai menteri pemerintah, saya telah membahas hal ini selama 15 tahun terakhir”.
Pangeran Sultan mengatakan ketika harga minyak tinggi, pemerintah “memasok anggaran bagi energi dan infrastruktur” dan sektor-sektor yang tidak membantu meragamkan ekonomi Arab Saudi sehingga tidak hanya bergantung pada minyak.”
Pangeran Sultan mengatakan industri pariwisata kerajaan itu – yang sangat tergantung pada jemaah haji dari seluruh dunia, bisa dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga Arab Saudi. Ditambahkannya, perannya sebagai menteri dan kepala otorita pariwisata kerajaan itu adalah untuk menciptakan lapangan kerja dan perbaikan ekonomi, dan bukannya hanya tugas hiburan dan rekreasi.
Pangeran Sultan berbicara di sela-sela KTT Global Aerospace di Abu Dhabi – Uni Emirat Arab, yang baru-baru ini meluncurkan badan antariksa sendiri dengan tujuan pergi ke Mars. Tahun 1985, Pangeran Sultan menjadi warga Arab dan Muslim pertama yang terbang ke antariksa dengan pesawat ulang alik NASA “Discovery”.
Ia mengatakan ingin melihat lebih banyak astronot Arab, tetapi isu utama yang paling mendesak di Timur Tengah saat ini adalah memulihkan perdamaian dan stabilitas di negara-negara yang dikoyak perang.
“Yang paling rugi bukan dunia Arab. Yang paling rugi sesungguhnya adalah seluruh dunia dan kemanusiaan karena dunia Arab dan dunia Islam tidak diikutkan membangun masa depan”, tegas Pangeran Sultan. [em/ii]