Para pemimpin separatis di Kashmir India hari Senin menolak bertemu dengan sebuah delegasi yang terdiri dari sejumlah anggota DPR India untuk melakukan pembicaraan resmi tentang bagaimana mengakhiri kerusuhan tiga bulan di kawasan itu.
Delegasi dari berbagai partai yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri P. Chidambaram, tiba hari Senin di Srinagar – perhentian pertama dalam kunjungan dua hari itu. Chidambaram mengatakan ia ingin tahu apa pendapat para pemimpin Kashmir tentang apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri protes kekerasan anti-pemerintah itu.
Tetapi pemimpin aliansi separatis terbesar, Konferensi Hurriyat, menyebut kunjungan itu sebagai “dagelan”. Mirwaiz Umar Farooq mengutuk pemerintah India karena menerapkan jam malam yang ketat di kawasan itu delapan hari sebelumnya, dan mengatakan warga Kashmir hidup seperti dalam penjara.
Sebagian dari delegasi beranggotakan 39 orang itu secara terpisah menemui para pemimpin separatis kunci dengan mengunjungi rumah-rumah mereka. Dalam sebuah pertemuan, pemimpin separatis garis keras, Syed Ali Shah Geelani, mengajukan lima persyaratan jika ingin diadakan dialog resmi.
Syarat-syarat itu termasuk komitmen oleh pasukan pemerintah untuk tidak lagi menembaki demonstran anti-pemerintah. Geelani memperingatkan bahwa Kashmir tidak akan kembali normal sampai New Delhi mengakuinya sebagai kawasan yang disengketakan. Lebih dari 100 orang tewas sejak demonstrasi anti-pemerintah mulai melanda Kashmir pada bulan Juni.