Masa depan Brexit sekarang lebih tidak pasti dibanding sebelumnya setelah parlemen Inggris, Rabu (27/3), menolak 16 opsi berbeda atas perjanjian, yang sudah dua kali ditolak, untuk keluar dari Uni Eropa.
Majelis Rendah kini mengambil alih isu Brexit dari Perdana Menteri Theresa May, yang sejauh ini gagal mencapai perjanjian.
Anggota-anggota parlemen pada Rabu memulai perdebatan tentang 16 rencana terpisah. Para perunding mengurangi jumlah rencana itu menjadi delapan. Kedelapan rencana itu diajukan untuk dipilih dalam pemungutan suara, tetapi semuanya kemudian ditolak.
Diantara alternatif yang ditolak anggota-anggota parlemen itu adalah yang tetap membuat Inggris berada dalam satu kepabeanan dengan Uni Eropa, dan satu opsi lainnya yang mendorong dilangsungkannya referendum lain.
Uni Eropa telah memberi Inggris kesempatan hingga 12 April mendatang untuk memberitahu para anggota kelompok itu tentang rencana yang akan dilakukan, atau apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa rencana apapun. Opsi kedua diperkirakan akan menimbulkan kekacauan ekonomi.
Menteri Urusan Brexit di Inggris Stephen Barclay mengatakan fakta bahwa ada delapan usul berbeda yang gagal, menunjukkan isyarat bahwa rencana yang diajukan Perdana Menteri Theresa May adalah "opsi yang terbaik.’’
May pada Rabu mengatakan akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri "lebih awal dari rencana,’’ jika para anggota parlemen mengadopsi rencana yang telah dirundingkannya dengan Uni Eropa. [em]