Tautan-tautan Akses

Partai Republik Bersatu soal Trump, Berselisih Soal Aborsi


Mantan Presiden AS dan calon presiden 2024 Donald Trump berbicara selama rapat umum kampanye di Van Andel Arena di kota Grand Rapids, Michigan, Sabtu 20 Juli 2024.
Mantan Presiden AS dan calon presiden 2024 Donald Trump berbicara selama rapat umum kampanye di Van Andel Arena di kota Grand Rapids, Michigan, Sabtu 20 Juli 2024.

Dalam Konvensi Nasional Partai Republik, yang berakhir Kamis (18/7), para delegasi menyetujui platform politik yang hampir-hampir tidak menyebut aborsi. Ini sangat kontras dengan sikap terdahulu partai ini.

Kepala koresponden nasional VOA Steve Herman melaporkan dari konvensi bahwa sikap resmi yang lebih lunak mengenai hak-hak reproduksi ini bertujuan untuk membuat kandidatnya, Donald Trump, lebih menarik bagi para pemilih yang belum menentukan pilihan.

Para delegasi partai Republik yang mengikuti konvensi di Milwaukee bersatu mendukung Donald Trump – terutama setelah upaya pembunuhan terhadapnya beberapa hari sebelum itu. Tetapi ada perselisihan mengenai satu isu yang telah lama menjadi inti dalam kebijakan konservatif, yaitu aborsi.

Pengesahan platform partai dengan pemungutan suara, tanpa perdebatan, membuat kecewa banyak pemilih partai Republik yang mendukung larangan ketat terhadap aborsi, sementara yang lainnya yang berpendirian sama kini bersikap pragmatis.

Sheila Klopp, seorang pemilih yang juga penganut Katolik di Wisconsin mengatakan, “Ini tidak akan menjadi sesuatu yang harus diterapkan sepenuhnya atau tidak sama sekali. Dan kita tidak akan menang pemilu jika itu sikap kita. Jadi, kita harus berkompromi sedikit. Ini perlu waktu.”

Klopp setuju bahwa meskipun para aktivis mendorong larangan total aborsi, banyak politisi Republik yang harus memoderasi advokasi antiaborsi mereka agar dapat terpilih.

Mantan kandidat presiden partai Republik Vivek Ramaswamy memberitahu VOA bahwa ia “100 persen pro-life (antiaborsi),” namun menerapkan pendekatan yang lebih lunak merupakan suatu keharusan politik.

Katanya, “Akankah kita berselisih pendapat dengan sebagian orang Amerika yang berseberangan dengan sikap ini? Ya, akan demikian. Tetapi apakah ini harus menjadi masalah yang menimbulkan perpecahan? Jelas tidak.”

Kandidat presiden partai Republik Donald Trump mengemukakan, “Tetapi saya bangga menjadi presiden yang paling pro-life dalam sejarah Amerika...”

Trump, setidaknya untuk sementara ini, memilih politik daripada prinsip dengan membatasi retorika kerasnya mengenai isu aborsi, menurut pakar branding (membangun citra/impresi) dan ilmuwan tamu di Heritage Foundation, Steve McKee.

Menurut McKee, “Saya pikir ia mendukung isu antiaborsi, dan saya pikir kita akan dapat membuat kemajuan di bawah pemerintahan (mendatang)-nya.”

Optimisme McKee bahwa Trump, dalam masa jabatannya yang kedua, kemungkinan besar akan menandatangani legislasi yang menerapkan larangan aborsi nasional, dikemukakan juga oleh Noelle Huizenga, ahli strategi digital semasa Trump menjabat.

Kata wakil ketua organisasi National Religious Broadcasters itu, “Untuk saya pribadi, saya cenderung melihat lebih banyak ke sejarah daripada ke retorika kampanye. Dan saya pikir ... jika kita menghadapi para kandidat yang pernah menjabat sebelumnya, ada banyak hal yang akan kita kerjakan.”

Kandidat yang paling banyak bekerja sama dengan gerakan pro-life pada masa pemerintahan Trump tidak akan kembali, terlepas dari apa pun yang terjadi dalam pemilu November.

Mike Pence, mantan wakil presiden AS, mengatakan, “Ini hari terbaik yang pernah saya lihat bagi gerakan March for Life (Pawai bagi Kehidupan) dalam banyak hal ....”

Sebagai wakil presiden, Mike Pence yang evangelis menjaga agar pesan-pesan antiaborsi terus berkumandang. Meskipun calon wakil presiden Trump tahun ini, J.D. Vance, menentang amendemen hak-hak aborsi di negara bagian asalnya tahun lalu, ia kemungkinan besar tidak akan membawa semangat yang sama ke Gedung Putih seperti yang dilakukan Pence. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG