Juru bicara Tentara Chad, Jenderal Azim Bermandoa Agouna mengatakan tentara Chad telah menghentikan gerakan pemberontak di bagian utara negara itu setelah Kedutaan Amerika dan Inggris di Chad menyerukan kepada seluruh personil untuk meninggalkan negara itu sebelum kemungkinan terjadinya serangan terhadap ibu kota N'Djamena.
Dalam wawancara di televisi hari Sabtu (17/4), Agouna mengatakan pasukan pemerintah telah “mengalahkan sekelompok teroris yang ada di bagian utara propinsi Kanem.” Ditambahkannya, bentrokan telah terjadi Sabtu malam dan pasukan pemberontak yang berasal dari Libya telah “benar-benar dihancurkan.”
Namun operasi pencarian para pemberontak lain masih terus berlanjut.
Media belum dapat mengkonfirmasi klaim itu secara independen mengingat terpencilnya lokasi terjadinya pertempuran itu.
Departemen Luar Negeri Amerika hari Sabtu memerintahkan seluruh diplomat yang tidak esensial di Kedutaan Besar Amerika di Chad untuk meninggalkan negara itu bersama dengan keluarga yang ditempatkan di sana, dengan mengatakan kelompok bersenjata tampaknya telah bergerak ke ibu kota N'Djamena.
Kelompok pemberontak ini diyakini berasal dari kelompok yang dikenal sebagai FACT – singkatan dari "The Front for Change and Concord in Chad".
Negara di Afrika Tengah yang baru saja melangsungkan pemilu presiden pekan lalu itu memiliki sejarah pemberontakan yang panjang pada masa berkuasanya Presiden Idriss Deby Itno, yang diperkirakan masih akan terus berkuasa. Sesekali ia menuding negara-negara tetangganya mendukung gerakan pemberontak di Chad.
Tentara Chad telah sejak lama memerangi kelompok militan Boko Haram. Sekitar 330.000 warga Chad telah mengungsi ke tempat yang lebih aman tetapi masih di dalam negara itu sendiri, terutama mereka yang berasal dari kawasan pemukiman yang rentan seperti Lake Chad di mana para pejuang Boko Haram aktif. [em/jm]