Tautan-tautan Akses

Pasukan Ethiopia Dilaporkan Bunuh Banyak Orang pada Kerusuhan Juni-Juli


Pasukan keamanan Ethiopia dilaporkan membunuh lebih dari 75 orang dan mencederai hampir 200 lainnya dalam kerusuhan etnis mematikan pada Juni dan Juli 2020.(Foto: Ilustrasi/AFP/Eduardo Soteras)
Pasukan keamanan Ethiopia dilaporkan membunuh lebih dari 75 orang dan mencederai hampir 200 lainnya dalam kerusuhan etnis mematikan pada Juni dan Juli 2020.(Foto: Ilustrasi/AFP/Eduardo Soteras)

Pasukan keamanan Ethiopia membunuh lebih dari 75 orang dan mencederai hampir 200 lainnya dalam kerusuhan etnis mematikan pada Juni dan Juli lalu, menyusul pembunuhan terhadap seorang penyanyi populer, sebut Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia hari Jumat (1/1).

Laporan komisi itu menyebutkan seluruhnya ada 123 orang tewas dan sedikitnya 500 orang cedera di tengah-tengah salah satu kekerasan etnis terburuk di Ethiopia dalam bertahun-tahun belakangan, suatu “serangan meluas dan sistematis” terhadap warga sipil yang mengarah pada kejahatan terhadap kemanusiaan. Sebagian korban dipancung, dianiaya atau diseret di jalan-jalan oleh para penyerang.

Kekerasan etnis merupakan tantangan besar bagi PM Abiy Ahmed, peraih Hadiah Nobel Perdamaian, yang telah mendesak persatuan nasional di antara lebih dari 80 kelompok etnis di negara terpadat ke-dua di Afrika itu.

Kerusuhan dalam bulan Juni dan Juli itu menyusul pembunuhan penyanyi

Hachalu Hundessa, yang terkenal karena protes-protes antipemerintah yang menyebabkan Abiy menjadi perdana menteri pada tahun 2018 dan mengumumkan reformasi politik menyeluruh. Namun reformasi tersebut juga membuka jalan bagi berkobarnya perselisihan antaretnis dan keluhan lainnya yang telah lama dipendam.

Komisi mendapati bahwa di tengah-tengah protes jalanan setelah kematian Hachalu, warga sipil diserang di dalam rumah mereka oleh pelaku individu maupun berkelompok, dan mereka dipukuli serta dibunuh di jalan-jalan dengan cara mengerikan dan kejam dengan tongkat, pisau, kapak, batang besi yang tajam, batu dan kabel listrik.”

Lebih dari 6.000 orang mengungsi dan sedikitnya 900 properti dijarah, dibakar atau dirusak, sebut laporan itu. Serangan-serangan tersebut kerap menarget etnis Amhara atau Kristen Ortodoks.

Beberapa organisasi pemantau telah memperingatkan tentang kembalinya langkah-langkah represif di Ethiopia sementara pihak berwenang mengatasi ujaran kebencian dan kekerasan etnis.

Kekerasan ini tidak terkait dengan konflik di Tigray, kawasan di bagian utara Ethiopia, yang dimulai awal November. Tetapi kekerasan ini merupakan sinyal ketegangan lain yang mencekam negara berpenduduk sekitar 100 juta orang di jantung kawasan Tanduk Afrika itu. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG