PBB hari Selasa (5/4) mengatakan enam dari 11 anak perempuan di Kongo diduga dihamili oleh anggota pasukan penjaga perdamaian PBB dari Tanzania. Pasukan PBB di Kongo dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap para perempuan yang berusia di bawah umur, dan tujuh di antara korban sudah melahirkan.
Sebelas anggota pasukan Tanzania yang ditempatkan di Kongo dituduh telah melakukan pelecehan seksual dan kini menghadapi tuntutan menghamili dari para korban.
Empat dari ke 11 tentara itu berasal dari kontingen yang sekarang bertugas, sementara tujuh dari kontingen sebelumnya.
Wakil Juru bicara Sekjen PBB, Farhan Haq mengatakan kepada wartawan bahwa Tanzania telah menunjuk sebuah tim penyelidik yang akan terbang ke Kongo dan PBB telah menyarankan tim itu melakukan penyelidikan bersama dengan badan pengawas internal PBB.
Tentara tersebut merupakan bagian dari misi Force Intervention Brigade di bagian timur desa Mavivi.
Tidak seperti pasukan penjaga perdamaian internasional lain, brigade ini memiliki mandat yang belum pernah ada sebelumnya yaitu melancarkan operasi militer ofensif terhadap kelompok-kelompok pemberontak guna memabantu mengakhiri konflik di Kongo yang sudah berlangsung cukup lama, dengan menetralkan dan melucuti para pemberontak.
Namun sejak tuduhan itu mengemuka, satuan tersebut telah diperintahkan oleh komandannya untuk tetap berada di kamp itu dan tidak menjalankan misinya.
“Kami berharap akan bisa menyelesaikan masalah ini segera sehingga bisa memastikan keamanan dan keselamatan warga sipil,” ujar Haq.
Misi penjaga perdamaian Kongo yang berkekuatan 20 ribu personil dimulai tahun 1999. Konflik itu merupakan akibat lanjutan dari genosida tahun 1994 di Rwanda. Ratusan warga etnis Hutu yang ikut melakukan pembantaian massal telah melarikan diri ke Kongo dan masih melanjutkan perang di daerah yang kaya mineral tetapi rentan itu. [em]