Salah satu koordinator festival Nuning Wahyuningsih mengatakan Minggu (14/6) festival ini merupakan bagian dari misi sosial (CSR) tahunan sebuah koorporasi terkemuka dunia (Unilever Indonesia), yang bergerak di sektor industri konsumsi dan bahan pangan ekspor.
Menurut Nuning, lebih seratus pelaku usaha kuliner dari seluruh tanah air ikut berpartisipasi dalam festival kuliner warisan Nusantara di Jakarta.
“Kegiatan ini menunjukan Indonesia sangat kaya, yang kita tampilkan dalam festival baru dari sebagian kecil. Indonesia memiliki peluang besar, kita perkuat masyarakat untuk mencintai kuliner lokal, sehingga dalam bersaing, kuliner lokal sudah lebih siap dan setara di era (global) sekarang,” jelas Nuning.
Selain berkontribusi memperkuat ketahanan pangan dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tambah Nuning, masa depan bisnis kuliner dengan menu-menu tradisi yang beragam dari seluruh wilayah Indonesia diprediksi terus berkembang, mampu bersaing dan cukup diminati oleh konsumen di pasar global.
Penyelenggara mengatakan, festival kuliner warisan nusantara di Jakarta, merupakan rangkaian roadshow nasional, festival serupa juga telah digelar pekan lalu di dua kota kunci di Jawa, Yogyakarta dan dalam rangka hari jadi (HUT) kota Surabaya.
Salah seorang partisipan festival perintis warung Gudeg Yu Nap Kota Bandung Jeffry Sie mengatakan, optimismenya, bahwa menu-menu khas Indonesia cukup diminati oleh pencinta kuliner manca negara.
“Belajar dari pengalaman internasional, kebersihannya betul-betul diperhatikan, contoh makanan yang sudah siap santap harus disajikan maksimal empat jam setelah matang, kalau setelah empat jam belum terjual harus dibuang. Sebagai delegasi RI di Singapura kemarin, makanan Indonesia adalah makanan yang paling laris selama lima hari kegiatan; saya menjual lebih 2300 porsi,” tambahnya.
Pada bulan April 2015 lalu Jeffry Sie bersama tiga tim delegasi Indonesia lainnya, para pelaku bisnis kuliner grup Kupat Tahu Gempol, Ayam Taliwang Bersaudara dan Soto Abengan Pak Sadi Surabaya telah mewakili RI dalam ajang pentas kuliner dunia World Street Food Congress 2015 yang berlangsung di Singapura.
Dalam festival kuliner ini, stan penjual Mie Aceh Sabang, merupakan salah satu usaha kuliner warisan nusantara favorit yang ditetapkan panitia.
Azzumar Syamsuddin, karyawan Mie Aceh Sabang, mengatakan, kecintaan masyarakat terhadap kuliner nusantara cukup besar.
“Selama ikut festival seru sekali cukup banyak pengunjung ya, sama seperti di Senayan ini, waktu di Surabaya habis mie empat karung, penjualan mencapai Rp 35 juta, itu di Surabaya. Di Yogyakarta habis mie lima karung (lebih 100 kg) penjualan Rp 40 juta. Festival di Senayan harapannya bisa lebih besar lagi keuntungan,” ujarnya.
Beberapa pengunjung memuji kegiatan festival cukup positif, dari aspek sosial, ekonomi dan wisata. Menu-menu favorit yang disajikan oleh delegasi sejumlah provinsi dan kota dapat dinikmati langsung pengunjung di arena festival Senayan.
Karyawati swasta berasal dari Semarang Kiky Damayanti mengatakan, dalam festival kuliner nusantara di Jakarta, ia turut mencicipi mie Aceh.
“Gak mahal ya, harga terjangkau. Mie Aceh rasanya enak, pas (pedesnya) gak terlau asin dan manis ya. Selain mie menu Aceh, martabak, nasi goreng dan cane, enak semuanya,” tambahnya.
Sementara Andre Prastantyo (31) pelaku bisnis di Jakarta mengatakan, mencicipi menu yang beragam, cermin kekayaan dan keberagamaan Indonesia.
“Ingin rasanya melihat dan berkunjung kepedalaman Indonesia, merasakan menu lokal. Menu favorit saya sementara ini, Indonesia bagian barat,” ujarnya.
Pihak panitia mengatakan, pemilihan Festival Kuliner Warisan Nusantara di tiga kota, Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, karena ketiga kota dinilai memiliki keragaman dan keunikan, sebagai wilayah urban yang berkembang, pusat seni budaya dan pariwisata. Festival Kuliner Warisan Nusantara 2015 mengambil tema kunci, “Persembahan Kuliner dari Barat ke Timur Nusantara."
Analis ekonomi regional mengatakan, partisipasi pelaku usaha sektor kuliner dalam ajang festival baik lokal maupun internasional, diharap mendorong warga Indonesia mencintai produk-produk lokal yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Baru-baru ini Presiden RI Joko Widodo mengatakan optimismenya, bahwa Indonesia dalam kurun lima tahun mendatang terhindar dari krisis pangan.
Ia mengatakan, “Swasembada pangan, ketahanan dan kedaulatan pangan itu bisa kita capai, perkiraan kami sampai empat lima tahun ke depan.”
Presiden Jokowi menambahkan, pemerintah akan memperkuat program ketahanan pangan melalui sektor pertanian dan peternakan, perikanan, agrobisnis, usaha kecil menengah dan koperasi serta mendorong kewirausahaan mandiri berbasis produk lokal yang berorientasi ekspor.
Analis mengatakan, di masa depan semakin besar peluang warga Indonesia yang terlibat langsung dalam bisnis kuliner di sejumlah negara, sehingga kegiatan usaha kuliner Indonesia akan berkontribusi besar bagi mempererat interaksi sosial budaya, terutama memperkuat diplomasi Indonesia lewat “kuliner” dengan komunitas global.