Sebuah kelompok pemantau pemilu regional mengritik hasil awal pemilihan umum hari Minggu (24/3) di Thailand yang disebutnya “sangat bercacat.”
Hasil pendahuluan yang dirilis hari Senin oleh komisi pemilu negara itu menunjukkan Phalang Pracharat, yang didukung militer, unggul dalam penghitungan suara. Tetapi partai populis Pheu Thai memimpin dalam jumlah kursi di parlemen dengan perolehan 137 berbanding 97 kursi untuk Phalang Pracharat. Komisi menyalahkan hasil yang membingungkan dan bertentangan itu adalah akibat kesalahan manusia.
The Asian Network for Free Elections mengeluarkan pernyataan hari Selasa (26/3) yang menyebut hasil yang tidak akurat telah merusak apa yang dipersepsikan sebagai integritas pemilihan umum.
Hasil awal membuat kedua partai sama-sama mengklaim mereka memiliki mandat sah untuk membentuk pemerintahan koalisi pascajunta. Phalang Pracharat dipimpin oleh panglima militer Prayut Chan-ocha, yang memimpin junta sejak menyingkirkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada tahun 2014. Sementara itu, Pheu Thai berafiliasi dengan saudara Yingluck, Thaksin, seorang milyuner di bidang telekomunikasi yang digulingkan dalam kudeta tahun 2006. Partai-partai yang terkait dengan Thaksin telah menang dalam setiap pemilu sejak 2001.
Hasil akhir diperkirakan diumumkan paling cepat 9 Mei. [uh]