Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton hari Senin (7/1) tiba di Ankara untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi di tengah ketegangan terkait dukungan Amerika pada milisi Kurdi di Suriah, dan meningkatnya keraguan tentang komitmen Presiden Trump yang akan menarik mundur seluruh pasukan militer dari Suriah.
Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menggambarkan seruan diplomatik Amerika untuk memberi jaminan keamanan kepada milisi Kurdi di Suriah – yang dikenal sebagai YPG – sebagai hal yang “tidak masuk akal.” YPG adalah sekutu penting Amerika dalam perang melawan ISIS di Suriah.
Turki telah mengkategorikan kelompok milisi YPG sebagai teroris yang terkait pemberontakan kelompok PKK di dalam Turki.
Keputusan Trump Desember lalu untuk menarik mundur seluruh pasukan Amerika dari Suriah diterjemahkan oleh Turki sebagai lampu hijau bagi operasi militer Turki terhadap YPG.
“Penting untuk memastikan bahwa Turki tidak akan membantai Kurdi yang masih merupakan bagian dari misi Amerika di Suriah,” ujar Menteri Luar Negeri Mike Pompeo Kamis lalu (3/1).
Penasehat Keamanan Nasional John Bolton menegaskan pernyataan Pompeo itu hari Minggu (6/1), dengan mengatakan “operasi militer apapun yang dilakukan Turki seharusnya dikoordinasikan dengan Amerika, dan presiden mensyaratkan agar pasukan oposisi Suriah yang berperang dengan Amerika tidak berada dalam keadaan bahaya.”
Turki dengan cepat membalas pernyataan itu, menepis kekhawatiran Amerika. “Salah satu tujuan Turki memerangi PKK dan perluasan kelompok itu di Suriah (YPG, red.) adalah untuk menyelamatkan komunitas Kurdi dari kekejaman dan penindasan kelompok teroris ini," ujar juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin.
Dalam lawatan itu John Bolton ditemani oleh Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford dan Utusan Khusus Amerika untuk Suriah James Jeffrey. Delegasi itu dijadwalkan melakukan pertemuan dengan mitra-mitra mereka di Turki. (em)