Distrik Ouzai di Beirut, ibukota Lebanon memiliki reputasi yang buruk karena sampah yang menyebabkan krisis pada tahun 2015. Namun, bagi seorang pengusaha sukses, kawasan Ouzai di Beirut adalah kanvas yang sempurna untuk melukis impiannya mewujudkan Lebanon yang lebih baik.
Setelah meninggalkan Lebanon pada masa kanak-kanak dan menghasilkan uang dari usahanya di seluruh dunia, Ayad Nasser kembali ke Lebanon untuk menciptakan tempat yang dia beri nama baru "Ouzville".
Dan berbagai seniman grafiti yang terkenal baik secara internasional atau sekedar anak-anak muda setempat ikut terinspirasi untuk mengambil kuas dan menyumbangkan karya mereka sendiri dengan melukis di dinding-dinging gedung di kawasan ini.
Tapi, Nasser tidak berhenti hanya sampai di situ, ambisinya jauh melampaui sekedar percikan dan polesan warna grafiti semata.
Nasser yang berusia 46 tahun hanya memiliki kenangan buruk tentang masa kecilnya di Ouzai, sebuah tempat yang dia tinggalkan bersama keluarganya saat ia baru berusia 5 tahun, di tengah mulai bergolaknya perang sipil Lebanon.
Setelah menempuh perjalanan dari Lebanon ke Monaco saat remaja guna mencari ibunya, yang melarikan diri dari keluarganya saat dia masih muda, kini Nasser telah membangun nama dan bisnisnya di dunia investasi properti. Kawasan Ouzai, di sisi lain, telah berubah dari tempat pesisir yang luas, yang dahulu seingat Nasser adalah kawasan "pantai dan tanaman hijau", menjadi sebuah perkampungan kumuh.
Sudah cukup lama Nasser prihatin dengan negara asalnya, tapi dibutuhkan terjadinya "krisis sampah" di Lebanon pada tahun 2015 untuk mendorongnya beraksi. Ia kemudian membangun rencana untuk membuat seniman internasional agar menciptakan seni dari timbunan sampah di Ouzai. Namun, rencananya itu gagal saat sampah yang menumpuk tersebut diangkut dan dipindahkan ke tempat lainnya oleh pemerintah setempat.
Namun, niatnya Nasser sudah mantap. Ia kemudian membentuk sebuah rencana baru yang terfokus untuk membuat para seniman mengalihkan perhatian mereka dari tempat sampah ke dinding Ouzai. Dan Nasser memilih tempat yang dipandang sebelah mata, yaitu kawasan kumuh di Ouzai, permukiman warga miskin.
"(Upaya) ini bukan hanya mempercantik kota. Ini tentang menyatukan warga, ini tentang menghapuskan stereotip," kata Nasser, yang menambahkan bahwa dia ingin orang-orang mengesampingkan perbedaan agama atau politik di antara mereka dan bersama-sama merangkai masa depan mereka sendiri.
Usaha Nasser mendapat sambutan hangat. Dalam beberapa bulan terakhir, para seniman telah datang dari tempat yang sangat jauh seperti dari Amerika dan Rusia, juga seorang seniman grafiti Lebanon ternama, Ashekman, turut berkontribusi dalam usaha yang dirintisnya itu.
Bahkan setiap akhir pekan, terlihat kelompok relawan dan para turis yang berkumpul di Ouzville, ada yang datang kesana untuk melukis, melihat-lihat atau makan makanan yang dimasak oleh penduduk setempat.
Meskipun Nasser tidak mampu untuk terus mendukung pembangunan Ouzville sendirian, saat ini ia sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah daerah lainnya untuk menemukan cara guna mendanai proyek serupa di tempat lain di Lebanon.
Ia bersikeras bahwa warga Lebanon perlu mengubah sikap dan pandangan mereka sebelum semuanya terlambat. Alih-alih selalu mengandalkan pemimpin politik atau agama untuk meminta pertolongan, dia berkeras, warga Lebanon harus bahu-membahu sesama mereka.
"Banyak orang mungkin menganggap saya miliarder atau atau bahwa saya begitu naif membuang-buang uang saya," katanya.
"Tidak ... ini seharusnya akan menjadi contoh. Jika Anda tidak tergerak untuk melakukan apa yang saya lakukan, Anda akan kehilangan negara ini," tandas Nasser. [pp]