Penutupan Kilang LNG milik Freeport Guncang Pasar Energi Dunia
Freeport LNG, operator salah satu pabrik ekspor terbesar Amerika Serikat (AS) yang memproduksi gas alam cair (LNG), akan ditutup setidaknya selama tiga minggu setelah terjadinya ledakan di fasilitas Pantai Teluk Texas tersebut.
Kebakaran tersebut mengguncang pasar gas alam AS pada Rabu (8/6) dan dampaknya kemungkinan akan menyebar ke seluruh pasar Eropa dan Asia, kata para analis.
Freeport LNG, yang menyediakan sekitar 20 persen pemrosesan LNG AS, mengungkapkan penutupan tersebut pada Rabu (8/6) malam setelah menilai kerusakan pada fasilitas besar tersebut.
Penutupan fasilitas tersebut menyingkirkan pemasok utama LNG ke pasar yang sudah tegang di tengah penghindaran yang dilakukan oleh negara-negara Eropa terhadap LNG Rusia menyusul sanksi yang diberikan atas invasinya ke Ukraina dan juga naiknya permintaan LNG di China, kata para analis.
"Ini adalah pemadaman produksi yang signifikan di fasilitas utama AS," kata Alex Munton, direktur gas dan LNG global di firma riset Rapidan Energy. Freeport LNG mengirimkan sekitar empat kargo per minggu dan penutupan selama tiga minggu itu akan mengambil setidaknya 1 juta ton LNG dari pasar, katanya.
"Ini berarti satu hal: kekurangan. Persaingan untuk LNG spot akan mendorong harga LNG global lebih tinggi," kata Munton.
Pabrik tersebut dapat memproses hingga 2,1 miliar kaki kubik gas alam per hari (bcfd), dan pada kapasitas penuh dapat mengekspor 15 juta ton per tahun gas cair. Ekspor LNG AS mencapai rekor 9,7 bcfd tahun lalu, menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Freeport LNG didirikan pada 2002 oleh miliarder Michael Smith, dan memproses gas untuk sejumlah perusahaan termasuk BP, Kansai, Osaka Gas, SK E&S dan TotalEnergies.
Investigasi atas apa yang memicu ledakan sedang berlangsung, kata juru bicara perusahaan, tanpa merinci penyebab kebakaran. [ah/rs]