Penyelidikan Uni Eropa mendapati kelemahan-kelemahan serius dalam manajemen perbatasan Yunani yang bisa memuluskan jalan bagi negara-negara lain di Uni Eropa untuk mengisolasi Yunani dan memberlakukan pemeriksaan identitas, untuk membatasi masuknya migran lebih jauh ke benua itu. Memperkuat kecurigaan beberapa negara Uni Eropa, dan sejumlah pemeriksaan yang dilakukan secara mendadak oleh tim pakar di Yunani, termasuk di pulau-pulau di Laut Aegea dekat pantai Turki, mendapati bahwa pemerintah Yunani gagal melakukan pendaftaran dan pencatatan sidik jari orang, atau tidak memeriksa secara benar dokumen-dokumen perjalanan mereka.
Pejabat tinggi urusan migrasi di Uni Eropa, Dimitris Avramopoulos hari Rabu (27/1) mengatakan "laporan itu menunjukkan adanya keteledoran serius dalam manajemen perbatasan Yunani."
Pemerintah Yunani diberi waktu tiga bulan untuk menyelesaikan masalah ini.
Lebih dari 850 ribu orang diperkirakan telah memasuki Yunani tahun lalu untuk mencari tempat perlindungan atau pekerjaan di Eropa,walaupun Yunani hanyabisa menampung sekitar 10 ribu orang. Pasukan penjaga pantai Yunani benar-benar kewalahan dan ribuan migran telah bergerak ke utara, dengan harapan bisa bermukim di negara-negara kaya di Uni Eropa, seperti Jerman dan Swedia.
Laporan ini penting karena Jerman untuk sementara waktu telah memberlakukan kembali pemeriksaan perbatasan, yang merupakan bagian dari kawasan bebas paspor Schengen, hingga 13 Mei mendatang, setelah sekitar satu juta minta suaka di Jerman tahun lalu. Setelah tenggat itu Jerman tidak memiliki landasan hukum untuk mempertahankan kebijakan pemeriksaan identitas. [em/ii]