Sebuah serangan roket Jumat (26/1) menewaskan setidaknya tujuh warga sipil, umumnya anak-anak, dan melukai tiga lainnya di propinsi Ghazni, Afghanistan. Sejumlah laporan saling bertentangan mengenai siapa yang bertanggungjawab atas kejadian mematikan di tersebut.
Juru bicara pemerintah provinsi, ketika berbicara dengan VOA, menuding pemberontak Taliban menembakkan roket ke rumah-rumah warga sipil di desa Qara Baghi dan menegakibatkan jatuhnya korban.
Hassan Reza Yusufi, anggota dewan provinsi terpilih di Ghazni, memberitahu VOA bahwa operasi militer melawan pemberontakan sedang digelar di daerah itu ketika serangan udara pasukan Afghanistan mengenai warga sipil.
Yusufi mengklaim serangan itu menewaskan delapan orang, termasuk 7 anak dan seorang perempuan, dan melukai 3 warga sipil lainnya.
Taliban juga membantah klaim pejabat bahwa kelompok pemberontak itu bertanggungjawab atas serangan hari Jumat.
Ghazni termasuk di antara provinsi-provinsi Afghanistan di mana pemberontak menguasai atau memperebutkan beberapa distrik dan kerap bentrokan dengan tentara pemerintah.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan, atau UNAMA, mengatakan korban sipil meningkat dan jumlahnya memecahkan rekor pada 2017.
Kepala UNAMA Tadamichi Yamamoto, hari Kamis Kamis mengulangi imbauannya kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik itu untuk berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan bagi warga sipil Afghanistan.
Yamamoto memberitahu VOA, pasukannya bekerja erat dengan pemerintah Afghanistan, pasukan internasional, juga Taliban, supaya mereka tidak menarget warga sipil. Dia sedih bahwa meski pihak-piahk yang berperang telah menyatakan niat mengurangi kematian warga sipil, mereka belum melakukan langkah secukupnya untuk mewududkan hal itu.
“Korban warga sipil masih terus meningkat dan ini tragis. Tapi memang ada beberapa upaya, kepedulian di pihak-pihak yang prihatin bahwa bahwa [korban sipil] tidak boleh terjadi. Jadi kita harus berupaya lebih banyak,” ujar kepala UNAMA itu.
Pada 2016, sekitar 3.500 warga sipil Afghanistan tewas dan hampir 8.000 terluka pada 2016 —angka tertinggi dalam catatan UNAMA sejak lembaga itu memulai pendataan korban sipil pada 2009.
Di tempat terpisah, seorang pembom bunuh diri meledakkan mobilnya Jumat malam menghantam konvoi polisi Afghanistan di kota Kandahar, Afghanistan Selatan, menewaskan setidaknya tiga polisi dan dan melukai sejumlah lainnya. [rt/is]