Perdana Menteri Israel mengatakan satu pos terpencil di Tepi Barat akan dilegalisasi sebagai tanggapan atas pembunuhan baru-baru ini seorang ulama Yahudi yang tinggal di sana.
Benjamin Netanyahu mengatakan dalam rapat Kabinet hari Minggu (4/2) bahwa pemerintah "hari ini akan melegalkan status Havat Gilad untuk memungkinkan kelanjutan kehidupan normal di sana."
Perdana Menteri Israel itu mengatakan bahwa orang-orang yang berusaha "mematahkan semangat kami dan memperlemah kami melakukan kesalahan besar."
Legalisasi pos terpencil yang tidak syah, yang terletak "di pedalaman Tepi Barat," akan membolehkannya mendapat izin pembangunan dari pemerintah dan anggaran negara.
Ulama Razil Shevah, yang berusia 35 tahun, ayah 6 anak, ditembak mati dekat rumahnya di Havat Gilad.
Ada seruan pembalasan pada upacara pemakaman Shevah dalam pidato Menteri Pendidikan Naftali Bennett yang mengatakan pembalasan satu-satunya adalah pembangunan pemukiman lagi.
Israel tidak menyetujui semua pemukiman. Pemukiman yang tidak disetujui dinamakan pos terpencil dan cederung dihuni oleh kaum nasionalis agama garis keras yang memandang seluruh Tepi Barat sebagai bagian dari Israel.
Pemukiman warga Israel dipandang ilegal berdasarkan hukum internasional dan hambatan utama terhadap perdamaian karena pemukiman dibangun di atas tanah yang dipandang warga Palestina sebagai bagian dari negara mereka di masa depan.
Organisasi anti-pemukiman Peace Now atau perdamaian sekarang mengatakan legalisasi Havat Gilad adalah "pemanfaatan yang berdalih pembunuhan Shevan." [gp]