Industri pertahanan Indonesia belum mampu bersaing, baik di skala regional maupun global. Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto mendorong kampus ikut mengembangkan riset, untuk mengejar ketertinggalan itu.
Prabowo datang ke kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (4/2) petang dan menggelar diskusi panjang dengan civitas kampus tersebut. Dia dan Rektor UGM, Prof Panut Mulyono, juga menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama.
Kementerian Pertahanan dalam beberapa waktu terakhir memang rajin menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi. Menurut Prabowo, kementerian yang dipimpinnya membutuhkan hasil-hasil peneltian dan karya dari para ilmuwan kampus. Ilmuwan, kata dia sangat menentukan pengembangan teknologi.
“Kita sangat butuh menguasai teknologi, dan untuk itu saya datang ke kampus. Saya bicara dengan para guru besar, untuk kita cari dimana kita bisa kerja sama, dimana kita bisa bantu, dan dimana kita bisa sinergikan,” ujar Prabowo.
Di Balairung Kampus UGM, Prabowo disuguhi sejumlah riset, baik dalam proses maupun yang sudah jadi, khususnya yang terkait dengan sektor pertahanan. Prabowo menyebut, salah satu yang mereka bahas dengan UGM adalah soal teknologi robotic, artificial intelligence, unmanned aerial vehicle (UAV) hingga pemetaan.
“Kemampuan-kemampuan yang ada di kampus-kampus kita bantu, kita dorong dan hasilnya mereka lebih produktif, lebih inovatif, lebih menghasilkan karya-karya. Banyak temuan, terobosan dari Gadjah Mada yang luar biasa. Obat-obatan, terobosan teknologi, yang sangat berguna dan mau kita manfaatkan,” katanya lagi.
Prabowo juga mengatakan, perguruan tinggi memegang peranan sebagai center of excellence di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika yang penting dalam konteks ketahanan nasional.
“Saya ingin menegaskan betapa vitalnya kampus sebagai sumber brain-ware,” kata dia.
Berbicara di forum diskusi, Prabowo mengingatkan pertahanan negara adalah hal penting yang telah dimandatkan Pembukaan UUD 1945. Tujuan untuk melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia disebutkan paling awal, yang menandakan betapa vitalnya usaha pertahanan negara. Tujuan ini juga berkaitan erat dengan tujuan lainnya, termasuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Tidak bisa dikatakan mana lebih penting karena semua berhubungan. Untuk melindungi butuh tenaga yang cerdas, perlu negara yang kaya,” kata Menhan.
Bahkan, pertanian adalah bagian dari upaya pertahanan itu. Karenanya Kemenhan dan UGM juga menjalin kerja sama dalam penelitian sektor ini, misalnya pengembangan kedelai dan food estate.
“Pangan adalah bagian dari pertanian. Makanan adalah senjata yang strategis,” kata Prabowo.
Sejumlah hasil riset bidang pertahanan dipamerkan oleh kepada Prabowo. Di antaranya adalah pesawat tanpa awak atau UAV Fiachra Aeromapper, UAV Amphibi Gama V2, Rudal Pasopati Rocket Assisted Take-Off, Drone Palapa S-1, dan Geospatial Artificial Intelligence (GEOAI) untuk bidang pertahanan dan keamanan.
Salah satu mahasiswa yang turut mengembangkan drone Palapa S-1, Azhar Aulia Rasidin menjelaskan bahwa pesawat nirawak itu berfungsi untuk memantau. Drone ini memiliki daya jelajah sekitar 500 kilometer dalam waktu enam jam, dan dapat mencapai ketinggian 1 kilometer.
“Ini untuk pemantauan wilayah, misal kebakaran hutan. Kelebihannya yang paling menonjol dari drone ini adalah kemampuan take off langsung vertikal. Jadi bisa langsung mencapai ketinggian yang kita mau terus langsung bergerak maju. Langsung dari sana,” kata Azhar, mahasiswa Teknik Mesin UGM angkatan 2017.
Drone ini juga bisa difungsikan untuk memantau kawasan perbatasan dengan negara lain.
Prabowo juga dipameri rudal Pasopati, yang mampu menarget sasaran rendah dan tidak terdeteksi oleh radar. Rudal ini telah dikembangkan oleh UGM sejak tahun 2016, dan dapat menempuh jarak terbang sekitar 5 kilometer, dengan kecepatan maksimal 130 kilometer per jam dan ketinggian 100 meter.
Rektor UGM, Prof Panut Mulyono memastikan UGM banyak melakukan penelitian di bidang pertahanan dan keamanan. Selain itu, kampus juga melakukan hilirisasi berbagai produk riset, salah satunya di bidang alat kesehatan. Pengembangan riset-riset strategis, kata dia, menjadi wujud nyata UGM mendukung ketahanan nasional dan meningkatkan daya saing bangsa.
“Negara kita akan maju dan disegani kalau kita menguasai teknologi. Dengan teknologi kita bisa membangun kekuatan ekonomi dan juga kekuatan militer untuk bertahan jika ada bahaya yang mengancam,” kata Panut.
Ia menjelaskan, kesepakatan UGM dengan Kementerian Pertahanan memiliki ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan kelembagaan serta penyelenggaraan kolaborasi riset dan pengembangan sumber daya.
Selain itu, katanya, juga penyelenggaraan kegiatan ilmiah, kajian ilmiah, seminar, dan lokakarya, penyediaan komponen pendidikan dan tenaga ahli, serta kegiatan lain yang disepakati oleh kedua pihak. [ns/ah]