Dokter gigi AS yang menembak singa tersohor dari Zimbabwe, Cecil, kembali ke tempat prakteknya setelah selama berminggu-minggu menghindari publik dan media setelah kontroversi mengenai perburuannya bergulir.
Walter Palmer memasuki tempat prakteknya di Bloomington, Minnesota, Selasa pagi, melewati sekelompok demonstran dan reporter yang berkumpul di luar gedung.
"Ia keji, menjijikkan," ujar Cathy Pierce, seorang demonstran. "Maksud saya berapa banyak singa yang masih ada? Apa Anda akan membunuh mereka semua? Ini tidak benar."
Di bulan Juli, Palmer menembak singa berambut hitam yang langka, dikenal dengan nama Cecil, yang dilacak dengan kalung GPS [sistem penunjuk posisi global] sebagai bagian dari proyek riset Oxford University.
Dalam wawancara hari Minggu dengan Minneapolis Star Tribune dan kantor berita AP, Palmer mengatakan ia dan para pemburu lain di kelompoknya tidak tahu singa ia tembak adalah Cecil.
"Kalau saya tahu singa itu punya nama dan penting artinya bagi Zimbabwe, atau untuk studi, tentu tidak akan saya ambil," katanya. "Tidak ada orang dalam kelompok perburuan ini tahu sebelumnya atau setelahnya."
Palmer, 55 tahun, menolak mengatakan apakah ia akan memenuhi permintaan untuk kembali ke Zimbabwe untuk menghadapi konsekuensi hukum perburuannya. Pemerintah Zimbabwe mengatakan di bulan Juli mereka akan mengajukan permohonan ekstradisi, tapi belum ada tuntutan yang diajukan sejauh ini.