Bulan Ramadan bukan hanya waktunya Muslim berpuasa, lebih mendekatkan diri lagi pada Allah dan lebih banyak lagi berempati kepada mereka yang kurang beruntung. Ramadan juga menjadi bulan untuk menunjukkan toleransi antarumat beragama.
Di daerah sekitar ibu kota AS, toleransi dari kalangan non-Muslim dapat terlihat dalam kegiatan IAA (Indonesian American Association) mendistribusikan bahan makanan untuk mereka yang membutuhkan. Mereka menggantikan sukarelawan Muslim agar dapat berkonsentrasi menjalankan ibadah Ramadan.
Sejak Juni 2020, IAA (Indonesian American Association), organisasi kemasyarakatan nirlaba yang berkedudukan di Washington DC, mengadakan food drive, atau kegiatan mendistribusikan bahan makanan untuk mereka yang membutuhkannya. Kegiatan yang didukung hibah dari Kabupaten Montgomery, Maryland, ini rutin berlangsung setiap dua minggu sekali.
Presiden IAA M. Harris Kuncoro mengemukakan food drive ini memerlukan banyak sukarelawan untuk kegiatan mengemas dan mendistribusikan paket-paket bahan makanan tersebut. Karena itu, IAA sejak awal kegiatan ini bekerja sama dengan banyak organisasi masyarakat di sekitar wilayah DMV (Washington DC, Maryland dan Virginia). Harris mencatat ada sedikitnya 70 kelompok masyarakat Indonesia dari beragam latar belakang di kawasan ini.
Bulan Ramadan ini menjadi tantangan tersendiri bagi para sukarelawan Muslim, kata Harris. “Tantangannya adalah, selain berpuasa, Muslim juga biasanya mengikuti banyak kegiatan terkait Ramadan. Kemarin, kebetulan teman-teman dari gereja pada membantu.”
Tujuannya, jelas Harris, untuk memungkinkan sukarelawan Muslim lebih berkonsentrasi dalam menjalankan ibadah Ramadan.
Rachmad Putranto, seorang penatua di Emmanuel Indonesian Presbyterian Church (EIPC), yang selalu hadir dalam setiap kegiatan food drive, mengangkat hal tersebut ke pengurus gereja.
“Saya sampaikan bagaimana kalau gereja mengambil alih untuk bekerja sukarela semuanya. Kebetulan Gereja Emmanuel berulang tahun yang ke-16. Akhirnya dalam sidang diputuskan setuju. Kami semua yang volunteer untuk itu, mempersiapkan dari awal sampai selesai. Namun yang lebih indah lagi, ternyata ada teman-teman Muslim juga yang hadir,” ungkap Rachmad.
Pada akhir kegiatan, mereka merayakan HUT EIPC itu dengan berfoto bersama, kata Rachmad.
Dalam setiap kegiatan food drive, minimum ada 150 paket produk dairy (susu dan produk olahannya) dan 150 paket produk non-dairy yang dibagikan. Setiap keluarga menerima masing-masing kedua jenis paket itu, yang totalnya bernilai 50 hingga 70 dolar.
Penerima bantuan dapat mengambilnya langsung di gudang IAA dengan hanya memberitahukan kode pos tempat tinggal mereka. Tujuannya untuk mengetahui sebaran lokasi penerima bantuan untuk kemudian dilaporkan kepada pemberi bantuan.
Tetapi bagi mereka yang tidak dapat datang mengambilnya karena bermacam kendala, seperti transportasi, jarak maupun usia yang tidak memungkinkan, selalu ada sukarelawan yang bersedia membawakan paket-paket bantuan itu.
Seorang di antaranya adalah Natalia Suwuh Angkuw. Ia bersama suaminya, Argemiro Suwuh, sedari awal membantu kegiatan ini. Sebelum IAA memiliki gudang sendiri, mereka menempuh perjalanan 45 menit dari rumah untuk mengambil paket bantuan dan membagikannya ke sejumlah lansia di sekitar rumah mereka. Kini, gudang IAA yang berlokasi di Gaithersburg, MD, berjarak 15 menit saja.
Kembali terlibat dalam kegiatan pada Ramadan ini, Lia, jemaat EIPC yang sejak di Indonesia sudah aktif dalam berbagai kegiatan sukarela mengemukakan, “Mereka, teman-teman Muslim sudah banyak membantu kami. Dari perspektif Kristen, kita perlu menunjukkan kepada pihak lain bahwa kita Muslim dan Kristen bisa bersama, bisa saling membantu, bukan hanya dalam masa Ramadan atau Natal. Karena kita kan berinteraksi setiap hari dan kalau kita bisa saling membantu, itu baik. Apa lagi komunitas Indonesia adalah minoritas di sini.”
Bagi Harris, Rachmad dan Lia, kegiatan ini merupakan unjuk toleransi yang indah. “Yang kita rasakan sekarang ini sangat menyejukkan. Bagaimana teman-teman dari gereja itu stand up untuk kita, bantu kita selama bulan Ramadan karena teman-teman Muslim berpuasa. Ini salah satu gesture yang sangat indah dari komunitas Indonesia, dan semoga ini bisa kita pupuk dan berlangsung terus.”
Harris berharap pihak kedutaan besar Indonesia di AS dapat melihat kegiatan food drive IAA selama Ramadan ini sebagai model kegiatan yang melibatkan banyak organisasi masyarakat tanpa memandang perbedaan suku, agama atau ras.
Sementara itu Rachmad mengatakan, “Saya dan teman-teman di IAA sudah terbiasa berpendapat, bahwa kita layaknya satu kapal yang harus bisa berlayar bersama-sama.”
Menurut catatan IAA, dalam food drive sepanjang 2020 telah dibagikan hampir 18,5 ton bahan makanan untuk 1.180 keluarga, dan tahun ini saja telah 22,8 ton lebih bahan makanan dibagikan untuk 1.125 keluarga yang tersebar di wilayah DMV. [uh/ab]