Sementara kegembiraan dan antusiasme menyambut kehadiran vaksin virus corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech, vaksin buatan Rusia bernama Sputnik V mendapat tanggapan yang beragam.
Suasana lengang mewarnai klinik-klinik di Moskow yang menawarkan vaksinasi bagi petugas layanan kesehatan dan guru, kelompok pertama yang diprioritaskan untuk menerimanya.
Para pejabat Kremlin dan media pemerintah menyebut Sputnik V sebagai pencapaian besar setelah disetujui pada 11 Agustus, tetapi banyak warga meragukan keefektifan dan keamanannya. Mereka mengkhawatirkan ketergesaan pemerintah untuk menyetujui penggunaan vaksin itu sebelum menyelesaikan tahap akhir pengujiannya,
Rusia juga menghadapi kecaman internasional karena menyetujui vaksin yang belum menyelesaikan uji coba lanjutan pada puluhan ribu orang. Para pakar di dalam maupun luar negeri memperingatkan agar vaksin itu tidak digunakan secara lebih luas sebelum penelitian selesai.
Terlepas dari peringatan itu, pihak berwenang mulai menawarkannya kepada kelompok berisiko tinggi tertentu, seperti pekerja medis garis depan, dalam beberapa pekan setelah persetujuan.
Alexander Gintsburg, kepala Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin itu, mengatakan pekan lalu, lebih dari 150.000 warga Rusia telah disuntik vaksin itu.
Setelah Inggris mengumumkan pada 2 Desember bahwa mereka telah menyetujui vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada pihak berwenang untuk memulai program vaksinasi skala besar. Sikap ini dipandang banyak pihak sebagai keinginan Moskow untuk menjadi yang terdepan dalam perlombaan menghadapi pandemi.
Rusia menyetujui vaksin buatan dalam negerinya setelah diuji hanya pada beberapa puluh orang, dan menggembar-gemborkannya sebagai "yang pertama di dunia" yang mendapat izin penggunaan.
Penamaan Sputnik V mengacu pada nama satelit pertama yang diluncurkan Rusia pada era Perang Dingin, atau tepatnya pada 1957.
Sebetulnya, lebih dari sekedar kebanggaan nasional yang dipertaruhkan Rusia. Negara itu mencatat lebih dari 2,7 juta kasus Covid-19, dengan lebih dari 48.000 kematian. Rusia ingin menghindari lockdown ekonomi yang sangat merugikan.
Tidak seperti di negara lain di mana vaksin diberikan kepada para lanjut usia, Sputnik V diberikan kepada mereka yang berusia 18 hingga 60 tahun, yang tidak memiliki penyakit kronis dan tidak sedang hamil atau menyusui.
Perusahaan pengembang vaksin itu mengatakan data studi menunjukkan Sputnik V memiliki tingkat keefektifan sekitar 91,4 persen. [ab/uh]