Program pertukaran mahasiswa tentang Pluralitas Agama dan Demokrasi pertama kali diselenggarakan pada musim Panas tahun 2011 lalu, melibatkan universitas Gajah Mada dan Universitas Lehigh di Pennsylvania serta Universitas Michigan. Untuk tahun ini juga melibatkan universitas Indonesia Jakarta.
Heru Prama Yudha dari Kantor Urusan Internasional UGM mengatakan, peserta Amerika Serikat akan tiba di Jakarta 3 Juni, acara dimulai hari berikutnya dan mereka akan bersama-sama berangkat ke Amerika tanggal 17 Juni.
“Ke Amerika mereka pertama kali akan ke Universitas Michigan, sekitar 6 hari, kemudian dilanjutkan di Lehigh University Bethlehem Pennsylvania, satu hari terakhir ke New York , hari-hari terakhir akan dihabiskan di Washington D.C. untuk menyaksikan Parade Fourth of July (Hari Kemerdekaan Amerika, red.) di (Washington) D.C,” ujar Heru Prama Yudha.
Profesor Mohamed El-Aasser dari Universitas Lehigh mengatakan kepada VOA, untuk tahun lalu mahasiswa kedua Negara memulai program di Indonesia. Para mahasiswa belajar secara langsung praktek demokrasi di kedua Negara.
"Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa Amerika Serikat dan mahasiswa Indonesia untuk belajar bersama-sama dengan bimbingan dosen mereka mengenai topic tentang pluralitas agama dan demokrasi," papar Profesor El-Aasser.
Empat mahasiswa dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun lalu mengikuti program pertukaran Pluralitas Agama dan Demokrasi, yaitu Zafira Rahmania Sabrina dari Fakultas Psikologi, Anisa Dwi Baihaqi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fikar El Hasbi Jurusan Teknik Elektro yang juga aktifis Jamaah Shalahuddin, dan Agita Binar Arsapinega Jurusan Hubungan Internasional, Fisipol.
Zafira Rahmania Sabrina menurutkan pengalamannya, “Orang-orang Amerika adalah sangat terbuka dengan demokrasi mereka, kepercayaan bahwa semua memiliki hak yang sama, dengan begitu saya belajar bahwa (selama ini) saya memiliki stereotype yang salah”.
Sedangkan Anisa Dwi Baihaqi dari Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis berkomentar, “(Program ini) membuka wawasan yang luar biasa besar, termasuk juga kaitannya dengan keberagaman agama tersebut, karena ini merupakan sesuatu hal yang baru bagi saya dan besar manfaatnya jika diterapkan misalnya tentang etika berbisnis.”
Sementara Fikar El Hasbi mengatakan, “Bagaimana Amerika bisa mendapatkan pluralitas tetapi tetap menjadi ke-eksistensi-an kultur, beragam agama tetapi saling menjaga, itu yang saya coba bawa kembali ke Indonesia."
Sementara Agita Binar mengatakan, "(Sebaiknya ada) lebih banyak lagi media seperti ini, karena jarang sekali dimana mahasiswa Amerika dan Indonesia bias bertemu lalu bekajar bersama tentang perbedaan di masing-masing negara.”
Demikian komentar empat mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang pada tahun lalu mengikuti program ini.