Program deradikaliasi yang dijalankan Indonesia untuk mencegah ketertarikan orang melakukan aksi teror dan sekaligus upaya hukum bagi pelaku yang tertangkap ternyata dilirik Australia.
Hal ini disampaikan Menteri Kehakiman Australia, Michael Keenan dalam pertemuan dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona Laoly, di Jakarta, Selasa siang (9/8).
"Kita minta bantuan organisasi-organisai keagamaan, seperti NU (Nahdhatul Ulama), Muhammadiyah, membantu kita. Pemerintah bekerja sama dengan BNPT, Kementerian Agama, beberapa instansi lain dalam program deradikalisai, termasuk di dalamnya menangani supaya pikiran-pikiran radikal ini bisa dicegah dengan melibatkan lembaga-lembaga keagamaan. Tidak hanya kepada terorisnya, tetapi juga kepada masyarakat, supaya paham-paham radikal ini tidak bisa berkembang," ungkap Yasona.
Kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam menangani aksi teroris sudah dimulai sejak peristiwa Bom Bali I pada 12 Oktober 2002, yang menewaskan 202 orang – di mana sebagian besar adalah warga negara Australia. Kerjasama yang digagas ketika itu mencakup latihan gabungan dan saling berbagi informasi.
Kerjasama itu dinilai perlu diintensifkan mengingat kian beragamnya bentuk aksi yang dilakukan teroris saat ini dan adanya beragam kelompok kepentingan yang bermain. Hal ini disampaikan Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan.
"Hari ini saya berkesempatan untuk membahas masalah penanganan terorisme dan apa yang bisa kita lakukan dalam meningkatkan kerjasama dalam isu itu. Juga soal penegakan hukum sama-sama sangat penting bagi Australia dan Indonesia," ujar Keenan.
Selain soal penanganan terorisme, dalam pertemuan di gedung Kemenkum HAM itu kedua pejabat juga membahas soal imigran ilegal. Indonesia selama ini menjadi negara transit bagi para imigran ilegal yang ingin mengadu nasib ke Australia.
Terus membengkaknya jumlah imigran ilegal yang kini telah mencapai 13 ribu orang, tak pelak menimbulkan masalah serius bagi Indonesia. Yasona Laoly menyampaikan keberatan yang disampaikan sejumlah kepala daerah yang kini menampung para imigran illegal tersebut.
"Memang ada sebagian ditempatkan di community house, tapi sekarang kita punya tempat namanya detention. Tempat detensi kita sudah sangat over kapasitas. Kita harap kerjasama (RI-Australia) dapat membantu kita mengatasi hal ini," tambah Yasonna.
Setelah mengunjungi Jakarta, Keenan akan terbang ke Bali untuk menghadiri International Meeting of Counter Terorism atau IMCT. [fw/em]