Rusia dan China, Kamis (27/9), meminta agar sanksi internasional terhadap Korea Utara dikurangi sebagai insentif bagi negara itu untuk melakukan denuklirisasi. Seruan ini berpotensi membahayakan konsensus internasional untuk menekan Pyonyang.
"China sangat yakin bahwa tekanan bukanlah tujuan akhir," kata Menlu China Wang Yi pada pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB mengenai Korea Utara. "Menerapkan sanksi dan mempromosikan penyelesaian politik sama pentingnya di bawah resolusi Dewan Keamanan."
Wang mendesak dewan beranggotakan 15 negara itu agar mempertimbangkan ketentuan dalam resolusi yang memungkinkan modifikasi sanksi.
Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov juga mendukung usulan China tersebut.
"Langkah-langkah oleh Korea Utara menuju perlucutan senjata secara bertahap harus diikuti dengan pengurangan sanksi," kata Sergei Lavrov kepada anggota dewan.
Lavrov mengatakan seruan Barat untuk mempertahankan tekanan terhadap Korea Utara tampak "tidak pantas dan tidak tepat waktu" mengingat Pyongyang telah mengambil "langkah penting menuju denuklirisasi."
Lavrov mengatakan Dewan Keamanan harus mengirim "sinyal positif" kepada Korea Utara dan bertanya mengapa beberapa anggota dewan dengan "keras kepala" menolak untuk melakukannya. Dia mengatakan Rusia siap untuk menyusun resolusi dewan yang mendukung momentum positif di semenanjung Korea.
Posisi mereka berseberangan dengan Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara Barat, yang berusaha mempertahankan kebijakan tekanan maksimum terhadap Pyongyang hingga melakukan denuklirisasi sepenuhnya. [as]