Dinas Keamanan Federal Rusia, Jumat (13/9) menuduh enam diplomat Inggris melakukan kegiatan mata-mata dan mengatakan pihaknya telah mengambil keputusan untuk mencabut akreditasi mereka.
TV pemerintah Rusia, mengutip seorang pejabat dari dinas keamanan yang dikenal sebagai FSB, yang mengatakan bahwa mereka akan diusir. Pengusiran tersebut terjadi ketika Perdana Menteri Keir Starmer mengunjungi Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Joe Biden yang akan mencakup permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata yang dipasok Barat terhadap sasaran di Rusia.
Starmer mengatakan dalam perjalanannya ke Amerika Serikat, bahwa Inggris tidak "memulai konflik apa pun dengan Rusia." "Rusia yang memulai konflik ini. Rusia menginvasi Ukraina secara ilegal. Rusia bisa segera mengakhiri konflik ini," katanya kepada wartawan.
“Ukraina mempunyai hak untuk membela diri dan kami jelas sangat mendukung hak Ukraina untuk membela diri – kami memberikan pelatihan kemampuan, seperti yang Anda tahu. Namun, kami tidak mencari konflik apa pun dengan Rusia – Bukan itu niat kami,” ujarnya.
FSB mengatakan pihaknya menerima dokumen yang menunjukkan bahwa para diplomat tersebut dikirim ke Rusia oleh sebuah divisi di Kementerian Luar Negeri Inggris “yang tugas utamanya adalah menimbulkan kekalahan strategis pada negara kita." Dinas intelijen itu juga mengatakan bahwa mereka terlibat dalam “pengumpulan intelijen dan kegiatan subversif.”
Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut dan “sebagai tanggapan atas berbagai tindakan tidak bersahabat yang dilakukan London,” Kementerian Luar Negeri Rusia mencabut akreditasi para diplomat tersebut, kata FSB, tanpa mengungkap identitas para diplomat itu. Ia memperingatkan bahwa jika diplomat lain diketahui melakukan “tindakan serupa,” badan tersebut “akan menuntut penghentian dini misi mereka” ke Rusia.
TV pemerintah Rusia mengatakan dalam sebuah laporan bahwa keenam diplomat tersebut telah bertemu dengan media independen dan kelompok hak asasi manusia yang telah dinyatakan sebagai “agen asing”, label yang secara aktif digunakan oleh pihak berwenang Rusia terhadap organisasi dan individu yang kritis terhadap Kremlin.
Kedutaan Besar Inggris di Moskow tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Associated Press. Belum ada komentar langsung dari Kementerian Luar Negeri Inggris.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan dalam sebuah pernyataan daring bahwa "Kami sepenuhnya setuju dengan penilaian terhadap aktivitas diplomat Inggris yang diungkapkan oleh FSB Rusia. Kedutaan Besar Inggris telah melampaui batas yang digariskan oleh Konvensi Wina. "
Dia mengatakan para diplomat tersebut melakukan “tindakan subversif yang bertujuan untuk merugikan rakyat kami.”
Pengusiran diplomat – baik diplomat Barat yang bekerja di Rusia maupun diplomat Rusia yang bekerja di negara-negara Barat – menjadi makin jamak sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Outlet berita Rusia, RBC, menghitung tahun lalu bahwa negara-negara Barat dan Jepang mengusir total 670 diplomat Rusia antara awal 2022 dan Oktober 2023. Di sisi lain, Moskow mengusir 346 diplomat sebagai tanggapannya. Menurut RBC, jumlahnya lebih banyak dibandingkan gabungan 20 tahun sebelumnya.
Pada Mei, Inggris mengusir atase pertahanan Rusia di London, dengan tuduhan bahwa ia adalah perwira intelijen yang tidak diumumkan. Otoritas Inggris juga menutup beberapa properti diplomatik Rusia di Inggris yang dikatakan digunakan untuk memata-matai. [ft/es]