Jatuhnya pesawat penumpang Rusia merupakan kecelakaan udara pertama di Mesir dalam lebih dari satu dasawarsa, sejak jatuhnya pesawat Perancis di Laut Merah pada tahun 2004.
Perdana Menteri Mesir, Ismail Sherif sedang mengunjungi kota Ismailiya hari Sabtu (31/10) setelah diberi tahu pesawat itu jatuh.
Perdana Menteri Sherif mengatakan, sebuah tim teknis akan menyelidiki penyebab kecelakaan itu, dan akan bekerjasama dengan Kedutaan Rusia.
Beberapa saluran TV satelit Mesir melaporkan kotak perekam penerbangan pesawat itu telah ditemukan, namun sumber lain mengatakan pencarian 'kotak hitam' itu masih terus berlangsung.
Mantan Menteri Penerbangan, Wa'el Mahdawi mengatakan kepada televisi pemerintah, rekaman data dan percakapan di kokpit dari alat perekam penerbangan jet Rusia itu akan sangat penting untuk penyelidikan pihak berwenang Mesir.
Tim penyelidik Mesir akan dapat menentukan penyebab kecelakaan, setelah memeriksa rekaman penerbangan, kata Mahdawi, karena rekaman itu berisi percakapan awak pesawat itu, serta komunikasi antara pesawat dan petugas pengendali udara Mesir.
Pesawat Airbus 321 milik maskapai Rusia, Kogalymavia Air yang dikenal dengan nama Metrojet, lepas landas dari kota wisata Mesir Sharm el Sheikh dan mencapai ketinggian jelajah menuju Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia, ketika menghilang dari radar.
Seorang juru bicara dari Kementerian Kesehatan Mesir, Dr. Khaled Mugahid mengatakan, ambulans dan petugas RS berada dalam "keadaan siaga tinggi" dalam menghadapi kecelakaan itu.
Delapan puluh ambulans dikirim ke lokasi kecelakaan, katanya, dan rumah-rumah sakit di enam kota disiapkan untuk menghadapi situasi krisis.
Stasiun TV Al Arabiya melaporkan, tidak ada yang selamat dalam kecelakaan itu dan dikatakan, pesawat Rusia itu patah berkeping-keping setelah jatuh. Para saksi mata mengatakan di TV Mesir itu, separuh bagian belakang badan pesawat itu terbakar. [ps/ii]