Saudi Arabia dikabarkan telah mengerahkan 30 ribu tentara di sepanjang perbatasannya dengan Irak, di tengah-tengah kekhawatiran bahwa kelompok militan Sunni berencana menyerbu kerajaan itu.
Menurut saluran televisi Arab Saudi, al-Arabiya, tentara dikerahkan setelah pasukan pemerintah Irak meninggalkan pos-pos mereka di kawasan perbatasan.
Stasiun al-Arabiya mengatakan, telah memperoleh video yang menunjukkan 2.500 tentara Irak sedang mundur, tetapi jurubicara militer menyatakan klaim tersebut “berita palsu.”
Empat hari lalu, kelompok militan ISIS menyatakan berdirinya negara mereka di wilayah yang direbut dari Suriah dan Irak, kemudian menyebutnya Negara Islam.
Arab Saudi berbagi perbatasan dengan Irak sepanjang 800 kilometer, hampir separuhnya bersebelahan dengan wilayah yang dikuasai kelompok militan itu.
Direktur lembaga penelitian “Institute for Near East and Gulf Military Analysis,” Theodore Karasik, mengatakan, para pemimpin Saudi pantas merasa cemas.
"Saat ini, ancaman dari ISIS tampak besar, bahwa ISIS sedang bersiap-siap menyerbu ke dalam kerajaan Arab Saudi," kata Karasik.
Kelompok militan ISIS diduga telah bercokol di Arab Saudi. Sebanyak 62 tersangka ditangkap di kerajaan itu Mei lalu, dituduh sebagai antek-antek ISIS. Coretan-coretan yang mendukung militan Sunni tersebut tampak di dinding gedung-gedung di Riyadh dan pamflet-pamflet mulai beredar, untuk menarik dukungan warga setempat.
Baru-baru ini, kelompok itu mengumumkan ingin memperluas wilayah mereka dari Laut Tengah hingga Teluk Persia.
"Bukan hanya bagi Arab Saudi, tetapi juga bagi Kuwait dan Yordania, ini adalah saat sangat serius, karena ISIS tampak mampu merebut wilayah, serta mengambil daerah-daerah yang dapat mereka serap, karena adanya dukungan golongan Sunni di lapangan," tambah Karasik.
Deputi Direktur “Royal United Services Institute of Qatar,” Michael Stevens, mengemukakan, ideologi Negara Islam dapat menarik banyak orang di Arab Saudi dan di negara-negara aliran Sunni di sekitarnya, terutama yang tergabung dalam negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Menurut Karasik, sebagian besar tentara yang ditempatkan oleh Arab Saudi di perbatasan Irak, diduga tentara-tentara dari Pakistan dan Mesir.
Presiden AS Barack Obama berbicara dengan Raja Arab Saudi Abdullah melalui telpon tentang Irak dan kemajuan kelompok militan itu baru-baru ini.
Pekan lalu, raja Arab Saudi mengatakan, negaranya akan terus menghadapi dan mengalahkan Negara Islam yang kini menjadi masalah di kawasan itu.