JAKARTA —
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat di terminal 2 TKI lounge Bandara Soekarno Hatta Tangerang Banten Minggu (10/11) malam menjelaskan, sebanyak 484 Tenaga Kerja Indonesia overstay atau melebihi waktu tinggal di Arab Saudi, sudah tiba di Tanah Air. Sementara itu sebanyak 7.800-an TKI overstay masih berada di Arab Saudi menunggu deportasi.
"Data terakhir ada 7.885 orang. Tapi ini berkembang terus. Ada yang masuk ada yang pulang. Ada pula yang dipulangkan secara regular oleh pemerintah Arab Saudi. Nah yang ini atas biaya pemerintah Indonesia. Jadi setelah bisa memenuhi 1 pesawat langsung diberangkatkan. Sejauh ini tidak ada masalah, meski ada tersendat di pemerintah Arab Saudinya karena mungkin begitu banyak tenaga kerja yang overstay," jelas Jumhur.
Jumhur membantah terkait adanya pemberitaan soal para TKI kelaparan di tempat penampungan. Jumhur memastikan pemerintah Indonesia bekerja semaksimal mungkin membantu pemulangan para TKI overstayer ke Indonesia sampai mereka tiba di rumah masing-masing.
Jumhur menambahkan, "Pokoknya semua TKI overstayer sudah masuk semua ke penampungan. Tidak benar itu ada kelaparan di penampungan. Terlalu dibesar-besarkan itu. Kan gini, awal-awal datang kan wajar ya menyiapkan makanan puluhan ribu ya. Itu kan bukan hanya untuk orang Indonesia. Ada juga tenaga kerja overstay dari negara lain. Tapi setelah itu manajemennya dibantu oleh orang KJRI. Tidak hanya makanan kita siapkan juga susu, pembalut bayi dan lainnya. Alhamdulillah mereka sudah sampai. Kita antar ke rumah masing-masing melalui travel. Yang di luar jawa, kita sediakan pesawat."
Lebih lanjut Jumhur berharap ke depannya masyarakat yang akan bekerja di luar negeri semakin terdidik. Sehingga, kejadian TKI overstay seperti yang terjadi di Arab Saudi tidak terulang.
Selama ini, tambah Jumhur, TKI overstay kerap digambarkan sebagai pihak yang teraniaya. Padahal, sesuai prosedur, memang mereka bersalah. Tinggal di negara lain dengan dokumen yang sudah kedaluarsa.
Selanjutnya, Jumhur memaparkan, "Soal overstayer ini kita nggak bisalah menyalahkan semua kepada pemerintah. Orang berbuat tidak resmi dengan berbagai cara seolah-olah kita membenarkan itu nggak boleh juga. Kita harus mendidik. Rakyat itu harus dididik juga. Jangan seolah-olah mereka itu benar. Mereka itu salah karena mereka overstayer. Kecuali mereka yang teraniaya oleh pengguna sebelumnya, yang ini tidak salah. Tapi itupun seharusnya ke KBRI untuk kemudian dibantu. Tapi kalo alasannya majikan saya cerewet, gaji saya kecil, atau perusahaannya gak enak, lalu ia pergi. Kemudian mereka kerja di tempat lain, dapat gaji besar tapi dokumennya diabaikan. Itu nggak fair juga."
Sementara itu, juru bicara Presiden bidang luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan kepada jajaran terkait agar memfasilitasi para TKI baik yang overstayer maupun yang masih bekerja di Arab Saudi.
Faizasyah menjelaskan, "Presiden menggarisbawahi bahwa dari sisi perlindungan keberpihakan terus kita fasilitasi. Namun dari sisi pemulangan kan tidak semua otomatis dipulangkan. Mereka yang masih diizinkan tinggal adalah mereka yang masih dalam proses alih status dan lain-lain. Mereka masih dimungkinkan untuk bekerja di sana."
Siti, salah seorang TKI asal Indramayu mengaku senang pulang kembali ke Indonesia. Siti yang sudah 6 tahun lebih meninggalkan 2 orang putranya ini memastikan tidak akan kembali ke Arab Saudi untuk bekerja mengingat usianya yang semakin lanjut.
"Dulu berangkat dari Jakarta dari sebuah perusahaan jasa. Saya tidak keluar uang saat pemberangkatan. Tapi selama 8 bulan awal kerja saya tidak dibayar. Saya dipulangkan karena majikan tidak mempekerjakan saya lagi. Insya Allah saya tidak akan kembali kesana, capek pak," keluh Siti.
Dari 484 TKI overstayer yang tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Minggu (10/11) malam, sebagian besar adalah perempuan, 80 diantaranya adalah bayi dan anak-anak usia balita. Pesawat Garuda Indonesia pengangkut para TKI ini, sempat mengalami kerusakan saat berada di Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah. Akibatnya, pemulangan para TKI itu mengalami keterlambatan hingga 5 jam lebih.
"Data terakhir ada 7.885 orang. Tapi ini berkembang terus. Ada yang masuk ada yang pulang. Ada pula yang dipulangkan secara regular oleh pemerintah Arab Saudi. Nah yang ini atas biaya pemerintah Indonesia. Jadi setelah bisa memenuhi 1 pesawat langsung diberangkatkan. Sejauh ini tidak ada masalah, meski ada tersendat di pemerintah Arab Saudinya karena mungkin begitu banyak tenaga kerja yang overstay," jelas Jumhur.
Jumhur membantah terkait adanya pemberitaan soal para TKI kelaparan di tempat penampungan. Jumhur memastikan pemerintah Indonesia bekerja semaksimal mungkin membantu pemulangan para TKI overstayer ke Indonesia sampai mereka tiba di rumah masing-masing.
Jumhur menambahkan, "Pokoknya semua TKI overstayer sudah masuk semua ke penampungan. Tidak benar itu ada kelaparan di penampungan. Terlalu dibesar-besarkan itu. Kan gini, awal-awal datang kan wajar ya menyiapkan makanan puluhan ribu ya. Itu kan bukan hanya untuk orang Indonesia. Ada juga tenaga kerja overstay dari negara lain. Tapi setelah itu manajemennya dibantu oleh orang KJRI. Tidak hanya makanan kita siapkan juga susu, pembalut bayi dan lainnya. Alhamdulillah mereka sudah sampai. Kita antar ke rumah masing-masing melalui travel. Yang di luar jawa, kita sediakan pesawat."
Lebih lanjut Jumhur berharap ke depannya masyarakat yang akan bekerja di luar negeri semakin terdidik. Sehingga, kejadian TKI overstay seperti yang terjadi di Arab Saudi tidak terulang.
Selama ini, tambah Jumhur, TKI overstay kerap digambarkan sebagai pihak yang teraniaya. Padahal, sesuai prosedur, memang mereka bersalah. Tinggal di negara lain dengan dokumen yang sudah kedaluarsa.
Selanjutnya, Jumhur memaparkan, "Soal overstayer ini kita nggak bisalah menyalahkan semua kepada pemerintah. Orang berbuat tidak resmi dengan berbagai cara seolah-olah kita membenarkan itu nggak boleh juga. Kita harus mendidik. Rakyat itu harus dididik juga. Jangan seolah-olah mereka itu benar. Mereka itu salah karena mereka overstayer. Kecuali mereka yang teraniaya oleh pengguna sebelumnya, yang ini tidak salah. Tapi itupun seharusnya ke KBRI untuk kemudian dibantu. Tapi kalo alasannya majikan saya cerewet, gaji saya kecil, atau perusahaannya gak enak, lalu ia pergi. Kemudian mereka kerja di tempat lain, dapat gaji besar tapi dokumennya diabaikan. Itu nggak fair juga."
Sementara itu, juru bicara Presiden bidang luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan kepada jajaran terkait agar memfasilitasi para TKI baik yang overstayer maupun yang masih bekerja di Arab Saudi.
Faizasyah menjelaskan, "Presiden menggarisbawahi bahwa dari sisi perlindungan keberpihakan terus kita fasilitasi. Namun dari sisi pemulangan kan tidak semua otomatis dipulangkan. Mereka yang masih diizinkan tinggal adalah mereka yang masih dalam proses alih status dan lain-lain. Mereka masih dimungkinkan untuk bekerja di sana."
Siti, salah seorang TKI asal Indramayu mengaku senang pulang kembali ke Indonesia. Siti yang sudah 6 tahun lebih meninggalkan 2 orang putranya ini memastikan tidak akan kembali ke Arab Saudi untuk bekerja mengingat usianya yang semakin lanjut.
"Dulu berangkat dari Jakarta dari sebuah perusahaan jasa. Saya tidak keluar uang saat pemberangkatan. Tapi selama 8 bulan awal kerja saya tidak dibayar. Saya dipulangkan karena majikan tidak mempekerjakan saya lagi. Insya Allah saya tidak akan kembali kesana, capek pak," keluh Siti.
Dari 484 TKI overstayer yang tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Minggu (10/11) malam, sebagian besar adalah perempuan, 80 diantaranya adalah bayi dan anak-anak usia balita. Pesawat Garuda Indonesia pengangkut para TKI ini, sempat mengalami kerusakan saat berada di Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah. Akibatnya, pemulangan para TKI itu mengalami keterlambatan hingga 5 jam lebih.